Sabtu, 24 September 2011

Laporan PIP

I.     PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha produksi yang didasarkan atas proses biologis dari pertumbuhan tanaman ataupun hewan. Tumbuhan mengikat karbondioksida (CO2) dari udara melalui proses assimilasi. Air dan unsur-usur kimia (hara) diambil dari dalam tanah melalui akar-akarnya. Dari bahan-bahan ini dengan menggunakan sinar matahari, terjadi biji, buah, serat, dan minyak yang berguna bagi kebutuhan hidup manusia. Begitupun halnya dengan ternak. Lebih lanjut Moebyarto, menjelaskan bahwa secara harfiah, pertanian dapat diartikan sebagai upaya pemanenan sinar matahari, atau transformasi energi matahari menjadi energi organik.  Ditinjau dari komoditasnya, pertanian terdiri pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan apabila ditinjau dari ilmu yang membangunnya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.Selain itu pertanian juga dapat diartikan sebagai proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (bahasa Inggris: cultivation, atau untuk ternak: raising (Tejoyuwono, 2002).
            Berdasarkan pengertian pertanian di atas, terlihat bahwa pertanian merupakan suatu ilmu dan produk dari suatu komoditi dengan cakupan yang sangat luas.  Selanjutnya memandang cakupannya yang demikian maka pengembangan ilmu-ilmu pertanian tidak dapat berdiri sendiri.  Mereka harus dipadukan sehingga dihasilkan suatu teknologi yang mampu menyediakan pangan bagi bangsa ini secara berkelanjutan (sustainable).  Dengan demikian pada gilirannya nanti teknologi yang dihasilkan tidak lagi terkungkung pada satu bidang ilmu saja, tetapi sudah merupakan teknologi frontier.  Oleh karena itu ditinjau dari ilmu-ilmu yang membangunnya ilmu pertanian yang harus dikembangkan adalah ilmu pertanian terpadu (Hasan, 2000).
Pertanian di indonesia saat ini menjadi momok pembicaraan dalam pemerintah Indonesia sendiri. Hal tersebut didasarkan pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani yang mengusahakan pertanian itu. Wilayah Indonesia yang sangat luas yang terdiri dari daratan rendah dan tinggi. Tidak selamanya sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Kondisi alam dapat menghambat pertumbuhan pertanian di Indonesia (Suryana, 2005).
Pertanian sekarang ini sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat, dimana mulainya didirikan saluran irigasi teknik demi menunjang kegiatan produksi. Selain penggunaan saluran irigasi teknik, pertanian sekarang  ini  sudah  erat  kaitannya  dengan  penggunaan   pupuk   dan
pestisida dimana dari hasil sarana produksi ini, produksi pertanian mengalami peningkatan. Terjadinya peningkatan produksi berarti akan diikuti oleh naiknya pendapatan petani.
Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Ketika perubahan dari kegiatan pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan dilaksanakan, perubahan sosial dan struktur ekonomi juga akan terjadi. Pada saat input menurun, terdapat hubungan yang menurun pula pada hubungan kerja terhadap mereka yang selama ini terlibat dan mendapatkan manfaat dari pertanian konvensional. Hasilnya adalah terdapat banyak kemungkinan yang dapat ditemukan yaitu meningkatnya kualitas hidup, dan peningkatan kegiatan pertanian mereka (Mubyarto dan Santosa, 2003).
Daerah Sulawesi Selatan memiliki geografis dimana letak gunung, berbukit-bukit dan memiliki palung atau berlembah khususnya kota Makassar (ekosistem dataran rendah) hingga kabupaten Bulukumba (ekosistem dataran tinggi) yang merupakan salah satu gambaran pertanian Agrokompleks. Petani pada daerah tropis umumnya melakukan usaha taninya pada lahan tadah hujan dalam lingkungan yang beragam dan rentan resiko. Dalam suatu perjuangan yang terus menerus untuk
dapat bertahan hidup, masyarakat petani telah mengembangkan cara yang tidak terbatas untuk mendapatkan pangan dan serat dari tanaman dan hewan.
Suatu pandangan yang lebih dekat pada sistem pertanian tradisional menunjukkan bahwa mereka tidaklah statis. Salah satu contoh di daerah Bulukumba, dimana terdapat lahan yang strategis untuk membangun pertanian di Sulawesi Selatan ini.  Akan tetapi, karena kurangnya sumber daya manusia yang berpotensi, pertanian yang di Bulukumba ini pun kurang berkembang. Untuk membangun suati pertanian yang modern, diperlukan sumber daya manusia yang berpotensi dan didukung dengan alat-alat teknologi yang memadai. Peralihan dari generasi ke generasi, dampaknya terhadap lingkungan dan sosial akibat pertanian berbasis kerakyatan (tradisional) yang sangat nyata tergambar dalam kehidupan saat ini. Salah satu contoh, penebangan hutan yang disinyalir dijadikan tanah olahan yang biasa dikatakan lading berpindah-pindah dalam artian sesuai musim hujan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakan Field Trip di Kawasan Adat Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang konon sistem pertaniannya masih dilaksanakan dengan sistem tradisional jika dibandingkan dengan sistem pertanian modern di Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Bantaeng,
untuk melihat fenomena Agrokompleks yang ada dalam masyarakat serta menemu kenali dekat dengan karakteristik fisik dan sosial masyarakat yang berada dalam lokasi Field Trip.
1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang bahwa potensi dan kualitas lingkumngan agrokompleks diberbagai daerah, telah memperlihatkan kecendrungan yang relative semakin menurun termasuk daerah atau lokasi field trip juga relative semakin menurun. Walaupun usaha-usaha penghijauan, reboisasi, rehabilitasi lahan telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini, namun pada kenyataannya bahwa luas lahan kering dan lahan kritis bertambah diberbagai tempat di Sulawesi Selatan.
Dengan dasar pemikiran tersebut, tentunya diperlukan suatu perencanaan atau kebijakan pengelolaan lingkungan yang baik dan tepat dengan mengintegrasikan berbagai aspek yaitu aspek sosial ekonomi, sosial budaya, ekologi, dan teknologi dalam suatu pentas sosial.
1.3       Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan dari field trip
1.      Field Trip merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
2.      Memperluas wawasan berfikir dan menambah pengalaman, pengetahuan serta keterampilan mahasiswa.
3.      Mahasiswa diharapkan dapat lebih arif dan bijaksana terhadap segala macam fenomena agrokompleks (pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan serta peternakan) yang ada dalam masyarakat.
4.      Menemu-kenali lebih dekat karakteristik fisik, sosial ekonomi dan budaya yang berbeda di lokasi Field Trip.
5.      Agar mahasiswa berkesempatan untuk melatih, memahami, menguji, mencocokkan dan memperluas teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan mampu merekonstruksi suatu pentas sosial dalam suatu bentuk laporan tertulis.
Kegunaan Field Trip ini adalah sebagai bahan informasi bagi masyarakat tani, nelayan, peternak dan pengusaha (agribisnis), serta pemerintah setempat terutama yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang pembangunan pertanian secara khusus dan pembangunan agrokompleks secara umum.








II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agrosistem
Agrosistem adalah ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan/atau serat-seratan. Agrosistem ini bersifat hubungan timbal balik antara sekelompok manusia dan lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya guna melangsungkan hidup kelompok masyarakat tersebut. (Anonim dalam Google, 2010).
.         Konsep agrosistem ini harus berdimensi yang luas,  produktivitas, stabilitas, keberlanjutan dan kemerataan. Teknologi pertanian terus berkembang, perubahan fungsi dan manfaat tanah mineral masam dengan faktor pembatas yang sangat marjinal untuk ekstensifikasi pertanian dapat diatasi dengan masukan teknologi dan energi. Tetapi, kalau masukan teknologi dan energi terus ditingkatkan tanpa mempertimbangkan karakteristik tanah, produksi pertanian akan mengalami pelandaian (levelling off) dan suatu waktu akan mencapai titik balik. Pada titik balik tersebut sebidang tanah mineral masam dengan masukan teknologi dan energi tidak akan memberikan hasil yang memadai lagi, bahkan akan mendatangkan kerugian. Agrosistem itu meliputi persawahan, perikanan, perkebunan, dan kelautan. (Anonim dalam google, 2010).

2.1.1. Persawahan
Persawahan merupakan salah satu bagian dari berbagai kegiatan di bagian pertanian, di man lahan persawahan ini biasanya didominasi oleh komoditi yang berupa tanaman padi. Namun demikian, lahan persawahan kadang diusahakan bersama komoditi lain seperti azolla dan ikan air tawar lantaran kondisi ekosistemnya yang memungkinkan. Meskipun tanaman padi dapat di tanam di lahan kering (padi gogo), dalam program peningkatan produksipadi seperti saat ini, pemerintah masih mengandalakan sawah sebagai tulang punggung pengadaan beras daro pada lahan kering. Hal ini mengingat lahan sawah mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan lahan kering, selain ketersediaan teknologi yang lebih banyak. Tanaman padi pada dasarnya  merupakan biota pokok sawah yang dapat hidup pada ekosistem darat dan ekosistem air. Pada system sawah, tanaman padi seppanjang hidupnya selalu dalam kondisi tergenang, di mana hal ini merupakan cirri khas dari budidaya padi swah. Oleh karena itu, budidaya pada sawah ini dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur (Penuntun Field trip, 2010).
Padi sebagai komoditi utama pada lahan persawahan memiliki beberapa komponen dilihat dari segi struktur morfologi tanamannya, yakni berupa komponen vegetatif dan komponen generatif, di mana komponen tersebut mempengaruhi cara pertumbuhan dan perkembangbiakannya.
Komponen vegetatif padi erdiri dari bagian akar, batang, dan daun. Adapun komponen generatifnya dari bagian malai, bunga, dan buah (Penuntun Field trip, 2010).
Dari segi pembudidayaannya, tanaman padi di lahan persawahan melalui berbagai tahap, termasuk tahap persiapan lahan, pemilihan benih, penyemaian, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaannya termasuk pengelolaan hama dan penyakit hingga tibanya masa panen.
a.    Penyiapan lahan
Tahap awal ini meliputi pengolahan tanah yang terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Adapun lahan yang ideal untuk sawah harus memiliki kandngan liat minimal 20%. 
b.    Pemilihan benih
Sebaiknya benih yang dilakukan oleh para petani adalah berupa benih padi yang bersertifikat/ berlabel biru. Di tiap musim tanam perlu adanya pergiliran varietas benih yang digunakan dengan memperhatikan ketahanan terhadap serangan hama.
c.    Penyemaian
Persemaian dibuat secara bersamaan dengan lahan penanaman. Lahan persemaian biasanya diolah terlebih dahulu, biasanya denagn pembajakan atau pencangkulan selama 3 kali. Persemaian ini biasanya di buat di lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami.

d.    Penanaman
Sistem penanaman padi sawah terdiri dari sistem tapin dan sistem tabela. Pada system tapin (transplanting), bibit di tanam pada lahan selanjutnya dipindahkan saat berumur 18-25 hari, umumnya 21 hari, sedangkan system tabela benih langsung ditebar dan tidak memerlukan persemaian.
e.    Pemupukan
Pupuk untuk tanaman padi sebaiknya merupakan campuran antar pupuk organik dan pupuk buatan. Dosis pupuk biasanya disesuaikan dengan keadaan potensi dan daya dukung tanah setempat.
f.     Pemeliharaan
Beberapa tindakan perawatan/pemeliharaan tanaman padi sawah meliputi penyulaman, pengaturan genangan, dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengaturan genangan dimulai dengan pemberian air pada waktu yang tepat,  jumlah yang cukup, dan kualitas air yang baik dengan memperhatikan metode tertentu.
g.    Pasca Panen
Menurut kartasapoetra (1994), tujuan penanganan atau pengelolaan lepas panen (pasca panen) adalah:
·         Agar buah/hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam keadaan baik mutunya atau tetap segar seperti waktu di ambil.
·         Agar hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, rasa, dan aroma).
·         Agar hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan, menarik para konsumen individu atau industry.
·         Agar hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri yang memerlukannya, dan
·         Agar hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan dan atau dapat diawetkan lebih lanjut dengan baik sewaktu-waktu digunakan atau dilempar kepasaran dengan kualitas yang tetap terjamin.
Kegiatan pasca panen yang perlu dilakukan diantaranya pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan (Prasetyo, 2007).
1.    Pemanenan
Pemanenan padi harus ditangani dengan baik. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemanenan padi adalah umur panen, peralatan dan mesin yang digunakan, serta penumpukan dan pengumpulan hasil panen.
a.    Umur Panen Padi
Tanda-tanda umur tanaman padi yang layak adalah
ü  90-95% dari malai tampak kuning
ü  Malai berumur 30-35 hari setelah berbunga merata
ü  Kadar air gabah 22-26 % yang diukur  denagn moisture tester

b.    Alat dan mesin pemanenan padi
Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, dan social. Selain itu, alat dan mesin yang digunakan untuk pemanenan padi juga harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan di panen.
ü  Ani-ani
Merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10-20 mm, panjang ±10 cm dan pisai baja tebal 1,5-3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi.
ü  Sabit
Merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Terdiri dari 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan karena dapat menekan kehilangan hasil.
ü  Reaper
Merupakan mesin pemanenan untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang menngunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan
menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin.
ü  Reaper Binder
Merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman seperti sapu lidi ukuran besar (Deptan, 2006).
c.Penumpukan dan Pengumpulan Hasil Panen
Penumpukan dan Pengumpulan Hasil Panen harus dilakukan dengan cara yang baik. Kesalahan dalam melakukan penumpukan dan pengumpulan hasil panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari dan mengurangi terjadinya kehilangan hasil, sebaiknya pada saat waktu penumpukan dan pengumpulan hasil panen mengguanakan alas dari terpal atau plastik (Penuntun Field trip, 2010).
Pupuk untuk tanaman padi sebaiknya merupakan campuran dari pupuk organik dan pupuk buatan. Dosis pupuk biasanya disesuaikan dengan potensi dan daya dukung tanah setempat. Pada saat pemupukan biasanya tergantung pada iklim, umur tanaman dan jenis produk kandang, kompos dan pupuk hijau yang dimaksudkan untuk menyediakan zat-zat nitrogen bagi tanaman. Pemupukan merupakan hal penting harus diperhatikan pula karena tanaman yang akan ditanam setelah panen biasanya akan mengalami kekurangan unsur hara. (Kartosapoetra, 2002).


2.  Perontokan
Kegiatan perontokan adi adalah kegiatan untuk melepaskan bulir-bulir dari tangkainya. Kegiatan ini merupakan bagian dari tahapan panen maupun pasca panen. Perontokan dapat dilakukan dengan cara manual, gabah dipukul atau duhempaskan pada bamboo atau kayu yang telah disiapkan. Alat perontokan yang dapat digunakan antara lain pedal, pedal tresher, atau power tresher. Penggunaan alat yang terakhir lebih ekonomis (Penuntun Field trip, 2010).
3.    Pengeringan
Agar tahan lam disimpan dan dapat digiling menjadi beras maka gabah harus dikeringkan. Gabah yang dikeringkan dihamparkan pada lantai semen terbuka. Penggunaan lantai semen agar sinar matahari dapat diterima penuh oleh gabah (andoko, 2008).
4.    Penggilingan
Penggilingan dalam pasca panen padi merupakan kegiatan pemisahan beras dari kulit yang membungkusnya. Ada dua cara pemisahan tersebut yaitu cara tradisional dan modern. Pemisahan secara tradisional menggunakan alat sederhana, yaitu alu dan lesung, penggilingan secara modern menggunakan alat penggilingan.

Persawahan merupakan tulang punggung dari usaha tani di Indonesia. Sebagian besar bahan-bahan makanan, khususnya beras berasal dari sawah. Sawah dibedakan atas lima macam, yaitu sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang surut, dan sawah bonogoro (Kaslan, 2001).
            Seleksi benih biasanya melalui berat jenis padi seperti benih secara baik sedangkan benih yang kecil dan ringan tidak mengandung banyak hara dan tidak berkecambah. Benih yang tenggelam dalam larutan garam mengandung banyak hara dan akan menghasilkan pertumbuhan baik sedangkan benih yang terapung dalam garam tidak mengandung banyak hara dan tidak baik dalam pertumbuhan bibit. Petani menggunakan pupuk kimia untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu yang singkat tanpa memikirkan gizi dan kualitasnya (Anonim, 2000).
            Pada saat pemupukan biasanya tergantung kepada iklim, umur tanaman, dan jenis pupuk yang diberikan. Sebelum waktu tanam umumnya  mempergunakan pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau yang dimaksudkan untuk menyediakan zat-zat nitrogen bagi tanaman.
            Pemupukan merupakan hal penting yang harus diperhatikan pula karena tanaman yang akan ditanam setelah panen biasanya akan mengalami kekurangan unsur hara (Kartosapoetra, 2002).
            Menurut penjelasan dari pakar pertanian barat yang menyebutkan bahwa sistem organik merupakan “Hukum pengembalian (Low of Return)” yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberikan makanan pada tumbuhan (Rahmat, 2002).
   Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan untuk tanaman (Feeding the Soil That Feeds the Plants) dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Penggunaan pupuk kimia tidak dapat menjamin kesuburan tanah dan kualitas tanaman karena pupuk kimia telah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang dapat menghabiskan unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu, tanah menjadi kurang produktif sehingga tidak dapat lagi digunakan untuk menanam dan hasil yang diperoleh dari penggunaan pupuk kimia tidak berkualitas dan gizi yang dikandungnya berkurang.
Menurut John, bahwa perbedaan penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia pada tanaman padi adalah:
Tabel 1          Perbedaan Pupuk Organik dengan Pupuk Kimia
Pupuk organic
Pupuk kimia
Bijinya besar
Bijinya kecil
Isinya lebih banyak
Butir padi banyak yang kosong
Panjang
Pendek
Kandungan gizi lebih banyak
Kandungan gizinya kurang
Masa panen lebih lama
Masa panen lebih cepat

Areal persawahan yang kami kunjungi terletak di daerah Biringbalang, Kelurahan Bajeng, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Takalar. Di daerah ini jenis sawahnya adalah sawah irigasi. Di katakan demikian karena sawah pada daerah ini memiliki irigasi untuk pengairannya. Oleh karena itu, lahan atau sawah tersebut sering pula dikenal dengan dengan nama lahan irigasi”.
Persawahan Takalar umumnya menggunakan sistem irigasi seperti pada daerah yang sempat kami amati dimana sistem pengairan untuk sawahnya masih mengandalkan sistem irigasi . Salah satu kebiasaan masyarakat petani adalah jerami pada sisa panen yang bertumpuk disawah dibakar dengan maksud membunuh hama yang tersisa, akibatnya terjadi pencemaran tanah (Novisan, 2002).
Sistem persawahan irigasi merupakan suatu sistem yang bersifat multifungsi. Ada tiga fungsi utama yang terkait satu dengan lainnya yang memerlukan hubungan yang serasi agar sistem tersebut dapat dipertahankan eksistensinya. Pertama,fungsi yang menopang produksi pangan, lahan, air, praktek bercocok tanam, dan kelembagaan yang terkait merupakan elemen yang diperlukan dalam proses produksi. Fungsi yang kedua adalah fungsi konservasi. Termasuk dalam fungsi ini adalah pemeliharaan elemen-elemen biofisik yang ada, seperti jaringan irigasi dan persawahan. Apabila elemen-elemen tersebut terpelihara, maka fungsi  konservasi  dapat  berlangsung  dengan baik. Fungsi yang ketiga
adalah pewarisan nilai-nilai budaya. Termasuk dalam fungsi tersebut adalah kapital sosial dan kearifan local yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya (Winoto, 2004).
Suatu usaha pertanian perlu memperhatikan faktor lingkungan, luas lahan serta penggunaan lahan. Pada faktor lingkungan, hal yang perlu diperhatikan terutama masalah iklim yang membentuk kondisi khusus sehingga jenis tanaman tertentu dapat tumbuh. Penggunaan lahan dapat diartikan bermacam-macam, misalnya lahan digunakan untuk apa atau lahan digunakan menurut lingkungannya, misalnya lingkungan perairan.
Sehingga muncul istilah lahan sawah yang sekaligus menggambarkan lahan yang mendapatkan irigasi dan lahan kering atau tegalan yang menggambarkan lahan yang tidak mendapatkan irigasi (Burnie,2000).
Pada umumnya, pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Dengan pemberian pupuk yang cocok, tanaman akan tumbuh baik dan subur. Tetapi, pemberian pupuk yang berlebihan menjadikan hasil panen menurun. Sebaliknya kekurangan jika kekurangan pupuk, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Oleh karena itu, penggunaan dan pemberian pupuk yang benar sangatlah penting bagi produsen benih agar mendapatkan hasil yang maksimum atau sesuai dengan yang diinginkan (Karsyto, 2004).
Pemberian pupuk organik sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum penanaman, dimana pupuk diberikan ke dalam lubang tanam. Sedangkan pemupukan berikutnya, diletakkan pada lubang-lubang dan ditutupi tanah agar cepat membusuk, di sekeliling tanaman selebar daun atau tajuk tanaman. Sedangkan pemberian pupuk buatan atau anorganik umumnya setengah sampai satu bulan sesudah ditanam, sekedar mendorong pertumbuhan vegetatifnya. Kemudian pemupukan berikutnya, satu bulan sebelum berbunga sebagai perangsang  pembentukan bunga dan buah (Soetriono, 2003).
2.1.2 Mangrove
Hutan mangrove merupakan suatu bentuk lain dari lahan basah yang dapat dibedakan dari nama lainnya karena adanya faktor salinitas yang berasal dari air laut. Oleh karena itu, rawa mangrove disebut juga rawa payau yang memberikan indikasi adanya genangan air berasal dari campuran air tawar dan air laut. Pada wilayah pantai yang curah hujannya tinggi terjadi pencucian garam. Kondisi seperti ini spesies yang toleran terhadap kadar garam yang tinggi tumbuh di depan pantai, sedangkan di bagian agak luar (hulu) spesies yang tumbuh pada air payau ditemukan spesies Nyla dan Archostichum (Tim Pengajar PIP, 2010).







Ciri-ciri hutan mangrove antara lain:
·                Tidak berpengaruh iklim.
·                Terpengaruh pasang surut.
·                Tanah tergantung air laut, tanah lumpur atau pasir terutama tanah liat.
·                Hutan tidak mempunyai struktur tajuk.
·                Pohon-pohon dapat mencapai tinggi 30 meter (Ishemat, 2001).
Jika dilihat dari segi ekosistem perairan, hutan mangrove mempunyai arti penting karena memberikan sumbangan berupa bahan organik bagi perairan sekitarnya, dimana daun mangrove gugur dan melalui proses penguraian mikroorganisme diuraikan menjadi partikel-partikel detritus. Partikel ini menjadi sumber makanan untuk berbagai macam hewan laut. Selain itu, fungsi lain dari hutan mangrove yaitu perakaran yang kokoh dari mangrove mampu meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi gelombang pasang dan angin topan (Slamet P, 2003).
Pada hutan tersebut ada berbagai jenis makhluk hidup. Dimana vegetasi ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah rawa berair payau. Keanekaragaman jenis vegetasi yang rendah, sehingga  komposisi yang beraneka ragam bergantung pada kombinasi faktor habitat yang mempengaruhinya. Adapun fungsi dari hutan mangrove yaitu:

a.         Mencegah erosi pantai (abrasi pantai).
b.         Tempat pembenihan ikan, udang dan jenis biota lainnya.
c.         Menjaga garis pantai agar tetap terjaga, maksudnya bahwa lapisan tanah yang berada di pesisir pantai tidak terkikis oleh adanya gelombang laut.
Sekarang ini telah terjadi kerusakan pada ekosistem perairan yang disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab seperti menyempitnya kawasan mangrove di pesisir, dimana kawasan mangrove ini sangat bermanfaat sebagai pencegah abrasi dan juga sebagai habitat berbagai biota laut. Padahal bila diperhatikan, hutan mangrove ini memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting, antara lain:
1)        Fungsi fisik
Hutan mangrove mampu menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan tebing sungai, menjadi penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi), dan mengolah bahan limbah. Hal ini bisa diartikan bahwa peranan hutan bakau adalah mencegah endapan lahan di pantai agar tidak sampai terkikis gelombang laut. Di pihak lain hutan mangrove mampu membendung larutnya lahan dari  daratan  yang  kemudian  akan musnah  dalam  lautan.  Begitu  pula,
hutan mangrove akan berfungsi sebagai penyaring air laut yang asin menjadi air daratan yang tawar, sehingga dapat menimbulkan jenis-jenis tumbuhan yang tahan terhadap air laut, air payau, dan air tawar.

2)        Fungsi biologis
Fungsi biologis hutan mangrove adalah sebagai tempat pembenihan ikan, udang, kerang dan jenis ikan lainnya, tempat bersarang burung-burung serta sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota. Di samping itu, hutan mangrove juga menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi udang, kepiting, iokan, zooplankton, invertebrata kecil dan hewan pemakan pelapukan lainnya.
3)        Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi yang dimaksud adalah sebagai sumber bahan bakar dan bangunan, lahan untuk perikanan dan pertanian, tempat tersedianya bahan makanan, obat-obatan, minuman (alkohol), bahan mentah kertas dan serat sintesis, sumber bahan penyamak, dan jasa rekreasi (Suripin, 2002).
Kerusakan pada hutan mangrove dapat dipicu oleh beberapa hal mendasar antara lain yaitu pengolahan hutan mangrove yang kurang terencana dengan baik sehingga menimbulkan konflik kepentingan di dalamnya, tekanan kebutuhan ekonomi yang melebihi carrying capacity kawasan mangrove dan pembukaan areal pemukiman, industri di kawasan pesisir yang mengkonversi hutan mangrove secara berlebihan.
Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu (Suripin, 2002).
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan hutan mangrove, yaitu:
1.         Jenis tanah
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya, bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut. Substrat yang
lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecah karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.
2.         Terpaan ombak
Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang. Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara.




3.         Penggenangan oleh air pasang
Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya, bahkan terkadang terus menerus terendam, Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut mana kala terjadi pasang tertinggi sekali atau dua kali dalam  sebulan (Soesanto, 2002)
Nipa merupakan ekosistem tumbuhan yang tumbuh di daerah pesisir pantai, yang fungsinya sama dengan tanaman bakau. Fungsi dari nypah tersebut diantaranya dapat mencegah abrasi. Ekosistem ini tumbuh di atas rawa-rawa- berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh psang-surut air laut.
Variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove, yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut hingga ke pedalaman yang relatif kering.
2.1.3. Ekosistem Pesisir
Ekosistem pesisir adalah ekosistem yang dijumpai pada daerah perairan pantai. Ekosistem pesisir meliputi kegiatan pada bidang perikanan. Perikanan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatau sistem bisnis perikanan. (UPT MKU Universitas Hasanuddin, 2010).
Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup didasar, kolom maupun permukaan perairan. Perairan uang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Dinegara-negara berkembang seperti Asia Tenggara atau di afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di Negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi teknologi canggih. (Penuntun Field trip, 2010).
            Permukiman nelayan yang terbangun secara spontan sering kali dinilai sebagi permukiman masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR). Tetapi masyarakat nelayan sendiri tidaklah bersifat homogeny ada yang mempunyai alat penangkapan yang cukup dan ada yang tidak. ini disebabkan olehberbagai latar belakang social, ekonomi dan budaya
            Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik social, ekonomi dan budaya masyarakat nelayan dalampenyediaan perumahan pemukiman. Sebagai permukiman masyarakat nelayan tidak dapat terhindar dari fenomena kemiskinan.
      Kemiskinan terbentuk dari ketidak mampuan dari masyrakat nelayan dalam membentuk  kehidupan social, ekonomi dan budaya yang bekerja sebagai nelayan. Kepemilikan kapal menjadi salah satu aspek dari karakteristik masyarakat nelayan yang menjadi utama dilingkungan masyarakat nelayan setempat. Masyarakat nelayan yang mempunyai peralatan melaut seadanya seperti perahu dayung/tanpa motor danm masyarakat nelayang pekerja (nelayan buruh) yang hanya mengandalkan tenaga tanpa mempunyai peralatan melaut yang hidup dibawah garis kemiskinan. Sehingga kalau dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya keterbatasan disegala bidang terutama tingkat pendidikan dipermukiman nelayan tidak meningkat dan lingkungan yang semakin buruk yang berdampak pada ketidaklayakan huni pada perumahan permukiman nelayan. Oleh karena itu untuk menyikapi kondisi perumahan pemnukiman yang terjadi dipermukiamn masyarakat nelayan. Maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan karakteristik social, ekonomi dan budaya masyarakat nelayan dalam penyediaan rumah permukiaman. Dan sasaran yang perlu dicapai adalah mengidentifikasi karakteristik masyarakat dipermukiman nelayan dan mengkaji sosial, ekonomi dan budaya masyarakat nelayan dalam penyediaan perumahan permukiman. Berdasarkan temuan yang didapat dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi karakteristik social,ekonomi dan budaya masyarakat nelayan dalam penyediaan perumahan permukiman adalah 21% nelayan pemilik perahu/sampan dan 50% nelayan yang tidak punya peahu/sampan sama sekali (nelayan pekerja/buruh) dan bentuk fisiknya rumah nelayan tidak layak yang terbuat dari kayu/papan dan beratapkan daun rumbia. Adapun dari nelayan yang bagus kondisi perumahan permukiman adalah 3% nelayan pemilik kapal/bagan dan 26% nelayan pemilik tundo/perahu motor. Disamping itu keadaan lingkungan nelayan diperparah oleh perilaku atau kebiasaan nelayan yang suka bermain judi sehabis pulang melaut dan lain sebagainya juga mempengaruhi karakteristik nelayan setempat. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan peningkatan taraf hidup masyarakat setempat dengan berbagai cara antara lain adanya upaya pemerintah untuk memberikan bantuan bagi masyarakat nelayan yang benar-benar tidak mampu dalam hal penyediaan perumahan permukiman baik berupa materil yaitu bantuan pinjaman keuangan melalui perbankan dipermudah dan diringankan maupun bantuan moril berupa penyuluhan yang memberikan akses kepada perubahan perilaku yang lebih baik dari sekarang ini, dan tentunya diharapkan akan membawa kepada dampak lingkungan perumahan permukiman yang layak huni dan sehat sesuai dengan kondisi perumahan permukiman nelayan yang ada. (Penuntun Field trip, 2010).
Ekosistem pesisir terbagi atas beberapa bagian yaitu
A.   Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan tipe hutan  tropical yang khas tumbuh sepanjang panatai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove dapat tumbuh dalam berbagai kondisi iklim mulai dari wilayah pantai hingga areal yang paling sedikit  total curah hujan tahunannya sehingga pada daerah yang paling basah tidak memiliki bulan-bulan kemarau. Dilihat dari segi ekosistem perairan hutan mangrove memiliki/mempunyai arti penting karena memberikan sumbangan berupa bahan organik bagi perairan disekitarnya. Daun tanaman mangrove yang gugur melalui proses penguraian mikroorganisme diuraikan menjadi partikel-partikel detritus yang menjadi sumber makanan bagi berbagai macam-macam hewan laut.
Adapun peranan hutan mangrove didalam kelangsungan proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan adalah:
1.         Mencegah intuisi air asin ke daratan yang dapat merusak areal-areal pertanian dan penyediaan air minum,
2.         Menahan angin dan ombak
3.         Tempat berpijak bagi biota laut seperti ikan, udang, dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.
4.         Sebagai penyaring dan pengurai bahan-bahan organik yang datangnya  dari daratan yang di bawa oleh aliran permukaan air hujan dan air sungai.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, dari psang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabunagn dari cirri-ciri tumbuhan yang hidup di daratan dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai system perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen.



B.        Padang Lamun
Padang lamun (sea Grass Beds) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Padang lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir sering juga dijumpai di terumbu karang. Padang lamun ini merupakan ekosistem yang tinggi produktifitasnya khususnya bahan organik. Pada daerah ini hidup biota laut seperti churstacea, molusca, cacing, dan ikan.
Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi daerah pesisir yaitu:
1.         Sumber utama produktivitas primer
2.         Sumber makan penting bagi organism
3.         Menstabilkan dasar yang lunak, dengan system perakaran yang padat dan saling menyilang.
4.         Tempat berlinndung organisme
5.         Tempat pembesaran bagi beberapa spesies yang menghabiskan masa dewasanya di lingkungan ini, misalnya udang dan ikan
6.         Sebagai peredam arus sehingga menjadikan perairan di sekitarnya tenang.
C.   Terumbu Karang
Terumbu karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup, berkembang biak, pertumbuhan, berlindung dari serangan pemangsa serta mencari ikan-ikan dan makhluk laut lainnya. Karang yang hidup di laut, tampak seperti batuan atau tanaman akan tetapi mereka sebenarnya adalah kumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang kecil. Karang batu berinteraksi dengan alga yang disebut zooxanthellae yang memasak makanan bagi karang. Terumbu karang termasuk ekosistem paling tua di muka bumi ini, mengingat pertumbuhan dan daya tumbuhnya yang sangat kecil.
2.1.4   Perkebunan
Tanaman karet merupakanm salah satu komoditi ;perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu dilakukan upaya peningkatan produktivitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
v  Syarat Tumbuh
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah dan iklim sebagai berikut:
1.    Didaratan rendah sampai dengan ketinggian 200 m di atas permukaan laut suhu optimal 280 c.
2.    Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvialsa sampai tanah gembut dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air PH tanah bervariasi dari 3,0-8,0.
3.    Curah hujan 2000-4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari.
Karet cukup baik dikembangkan didaerah lahan kering berilim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnnya, yaitu dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih ,mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur.mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat didaerah .ahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup  baik untuk menanggulangi lahan kritis dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet didunia semakin meningkat setelah china membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
v  Pembibitan
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secra generative maupun vegetative. Namun demikian cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetative  yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebainya dilaksanakn pada awal atau akhir musim hujan.
v  Pemeliharaan
Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:
1.    Pseudococcus citri: pengendaliannya dengan menggunakan insektisida jenis metamidofos, dilarutkan dlam air dengan konsentrasi 0,05-0,1%.
2.    Kutu lak (Laeciper Greeni) dapat diberantas dengan insektisida albolinium(konsentrasi 2%) ditambah surfactant citrowett 0,025%.
3.    Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah penyakit embun tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan, akar putih dan akar gugur dawn. Pencegahannya dengan menananam klon yang sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengolahan tanaman secara terpatdan teratur.
v  Penyadapan
Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukan sedaap pertama 130 cm dan bukan sedaap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyedapan antara lain:
ü  Pembukaan bidang sedaap dimulai dari kiri keatas kekanan kebawah, membentuk sudut 300.
ü  Tebal irisan sedaap dianjurkan  1,5-2 mm.
ü  Dalamnya irisan sedaap 1-1,5 mm.
ü  Waktu penyadapan yang baik adalh jam 5.00-7.30 pagi.
         Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet telah ditemukan beberapa klon karet yang ungggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.
Klon IRR 5
Potensi keunggulan:
ü  Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
ü  Rata-rata produksi 1.8 ton/ha/tahun.
ü  Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
ü  Kadar karet kering (KKK) 34,5%
ü  Latek sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
ü  Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan Corynespora.
ü  Pada daerah iklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.
Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
ü  Pertumbuhan yang cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
ü  Rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
ü  Resisten terhadap penyakit gugur dan colletotrichum, corynespora dan oidium.
ü  Kadar karet kering (KKK) 36,5 %.
ü  Lateks dapat dproses menjadi SIR-5.
Klon IRR 118
Potensi keunggulan:
ü  Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
ü  Rata-rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
ü  Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.
ü  Cukup tahan terhadap penyakit corynespora dan colletotrichum.
Kelembagaan Industri Barang Jadi Hasil Pengolahan Karet
Berbagai produk karet keperluan umum telah mampu dihasilkan oleh industry berskala UKM atau perajin dikota. Peralatan yang digunakan relative sederhana sehingga produk yang dihasilkan umumnya bermutu kurang baik. Namun demikian pangsa pasarnya cukup besar yakni kalangan menengah ke bawah.
              Dalam operasionalnya pengrajin didukung oleh pihak penyedia kompon dan cetakan. Produksi biasanya berdasarkan pesanan dan produk dipasarkan oleh pihak lain (mediator atau pedagang antara). Barang jadi karet dihasilkan oleh UKM antara lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/motor, serta asesori furniture/rumah tangga.


III.  LOKASI UMUM
3.1.        Letak Geografis dan Batas Wilayah Desa Tana Toa
            Secara administratif desa Tana Toa merupakan salah satu dari sembilan belas desa yang berada dalam wilayah kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kecamatan Kajang berada pada posisi 05˚03’ - 05˚40’ Lintang Selatan dan 119˚58’ - 121˚28’ Bujur Timur. Kecamatan Kajang memiliki luas wilayah 129,06 km². Khusus Desa Tana toa memiliki luas wilayah 5,25 km². Lokasi pemukiman masyarakat adat Tana toa berjarak 2,5 km dari Ibukota Desa Tana toa yaitu Dusun Balagana. Desa Tana toa memiliki batas-batas wilayah, yaitu:
Sebelah Utara                      : Desa Batunilamung
Sebelah Selatan                  : Desa Bontobaji
Sebelah Barat                      : Desa Pattiroang
Sebelah Timur                     : Desa Malleleng
            Sebagian besar wilayah Tana toa terdiri atas kawasan hutan dengan topografi daratan berdasarkan data monografi desa seluas 784,35 Ha,berbukit dan berlembah dengan variasi ketinggian antara 500-700 meter dari permukaan laut.


3.2.        Keadaan Penduduk Desa Tana toa
Penduduk adalah Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Berdasarkan sejarah asal-usul. Masyarakat Adat Kajang menetapkan bahwa sejak manusia ada masyarakat adat Kajang sudah ada di muka bumi Penegasan sejarah asal usul tersebut ditetapkan dalam Pasang bahwa ”Yang Maha Kuasa menciptakan bumi Dia bingung dan gelisah karena ada bumi tapi tidak ada penghuninya sehingga Ammatoa menghadirkan adat lima (Marwan, 2007).
Desa ini dinamakan Tana Toa (tanah yang tertua di dunia) dikarenakan kepercayaan masyarakat adatnya. Masyarakat Tana Toa percaya bahwa bumi yang pertama kali diciptakan oleh Tuhan (Turie’ A’ra’na) berada di dalam kawasan hutan dan dinamakan Tombolo’. Daerah itu diyakini sebagai Tana Toa atau daerah yang tertua di dunia, sehingga diabadikanlah namanya menjadi nama desa tersebut, yaitu desa Tana Toa.
Masyarakat adat Kajang dicirikan dengan pakaian serba hitam. Makna hitam ini menurut pemuka adat melambangkan kebersahajaan. Nilai kebersahajaan ini tidak saja dapat dilihat dari pakaian itu, melainkan juga terlihat dari rumah penduduk yang mendiami daerah dalam kawasan ini. Dari hasil observasi di lapangan diketahui bahwa tidak ada satupun rumah di dalam kawasan adat ini yang berdinding tembok. Semuanya berdinding papan dan beratap rumbia, terkecuali rumah Ammatoa yang berdinding dan brlantaikan bambu. Tidak akan kita temukan satu pun di dalam kawasan ini rumah yang modelnya seperti yang sering kita lihat di perkotaan. Semuanya sama bahkan terkesan seragam mulai dari bentuk, ukuran, dan warnanya.
Masyarakat adat Kajang menggunakan bahasa Makassar yang berdialek Konjo sebagai bahasa sehari-harinya. Olehnya itu, akan sangat sulit ditemukan orang yang mampu berbahasa Indonesia di dalam kawasan ini. Umumnya sebahagian besar penduduk tidak pernah merasakan bangku pendidikan formal, meskipun beberapa tahun terakhir ini telah didirikan sekolah tepat di depan pintu masuk kawasan ini.
Desa Tana Toa, secara nyata mempunyai kondisi hutan yang sangat lebat. Jika diamati dengan teliti, hampir seluruh dusun yang berada di dalamnya di kelilingi hutan. Sama sekali tidak ada jalan beraspal di dalam kawasan ini. Hanya berupa jalan setapak yang terbuat dari batu-batu yang disusun secara teratur sebagai penanda jalan. Letak sawah pertaniannya adalah dekat rumah Amma Toa, tepatnya di bawah bukit. Cukup luas dan subur terlihat dari kejauhan.
Sebahagian besar penduduknya bermata-pencaharian sebagai petani, tukang kayu dan penenun. Aktivitas ini pun dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, tanpa ada kecenderungan mencari
sesuatu yang lebih dari kebutuhan hidup mereka. Nilai kesederhanaan atau kebersahajaan inilah yang membuat masyarakat adat Kajang identik dengan istilah “Tallasa’ kamase-masea” atau hidup bersahaja.
3.2.1.   Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin dapat diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku dan digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi (Nur Insyiroh Said, 2010)
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 2          Keadaan penduduk masyarakat Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
1.
Laki-laki
1.925
2.
Perempuan
2.121
Jumlah
4.046
Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 2, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Tana toa yaitu sebanyak 4.046 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 1.925 jiwa, sedangkan jumlah penduduk wanita sebanyak 2.106 jiwa.


3.2.2.   Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu kelompok masyarakat biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 3          Keadaan penduduk masyarakat Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Mata Pencaharian
Jumlah (jiwa)
1
Petani
1.765
2
Peternak
309
3
Pertukangan
23
4
Pegawai
13
5
Pedagang
23
6
Penenun
21
7
Tidak bekerja/belum bekerja
1892
Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Tana toa yaitu sebanyak 4.046 jiwa. Dengan jumlah penduduk bermatapencaharian sebagai petani sebanyak 1.765 orang, peternak 309 orang, pertukangan 23 orang, pegawai 13 orang, pedagang 23 orang, penenun 21 orang, dan yang tidak atau belum bekerja sebanyak 1.892 orang.



3.2.3.   Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa(masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini).
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut umur. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 4          Keadaan penduduk masyarakat Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Kelompok Umur
Jumlah (jiwa)
1
Belum produktif ( < 15 tahun )
579
2
Produktif ( 15 tahun - 65 tahun )
2.107
3
Tidak produktif ( > 65 tahun )
1.360
Sumber: Data Sekunder, 2010
Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Tana toa yaitu sebanyak 4.046 jiwa. Dengan jumlah penduduk dengan kelompok usia belum produktif sebanyak 579 orang. Kelompok usia produktif sebanyak 2.107 orang, dan kelompok usia tidak produktif sebanyak 1.360 orang.
3.4         Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Tana toa
Sarana adalah segala sesuatu (bisa berupa syarat atau upaya) yang sapat dipakai sebagai alt atau media dalam mencapai maksud atau tujuan. sedangkan Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek,dsb). Jadi, Sarana dan prasarana adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebar ide, sehingga ide tersebut bias sampai pada penerima. (Kamus Besar BI, 2002:893).
 Masyarakat Ammatoa sejak dahulu menggunakan kuda sebagai alat transportasi. Mereka tidak mau naik mobil atau sepeda motor dan lebih memilih untuk berjalan kaki sekalipun harus menempuh jarak yang cukup jauh (Rahmat, 2010).
Mengenai pendidikan, banyak warga Ammatoa yang juga mementingkan pendidikan bagi mereka dan anak-anaknya. Buktinya, ada beberapa warga Ammatoa yang menjadi tokoh pendidikan di kalangan manusia yang telah mengalami banyak pergeseran (modernisasi). Akan tetapi, perkembangan IPTEK tersebut tidak boleh dibawa masuk ke dalam wilayah Ammatoa. Karena mereka sangat menolak adanya perubahan terhadap kebudayaan mereka. Masyarakat di sana seperti tidak mengenal perubahan teknologi di luar Ammatoa, tidak ada TV, radio, ataupun sepeda. Kehidupan mereka sangat alami (Rahmat, 2010).


3.4.1   Sarana Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Wikipedia, 2010)
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut sarana pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 5          Sarana Pendidikan Desa Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Sekolah
Kelas
Murid
Guru
1
SD
2
12
383
19
2
SMP
1
8
290
18
3
SMA
1
3
166
17
Sumber: Data Sekunder, 2010
            Berdasarkan isi tabel 5, ditunjukkan jumlah sarana pendidikan di Desa Tana Toa, antara lain SD yang berjumlah 2 sekolah yang memiliki 12 kelas, 383 murid, dan 19 guru. Sedangkan tingkat SMP berjumlah 1 sekolah dengan jumlah 8 kelas, 290 murid, dan 18 guru. Serta di tingkat SMA dengan jumlah sekolah 1, 3 kelas, 166 murid, dan 17 guru.
3.4.2   Sarana Transportasi
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut sarana transportasi. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 6          Sarana Transportasi Desa Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Jenis Transportasi
Keterangan
1
Bus
Tidak tersedia
2
Mobil
Tidak tersedia
3
Angkutan umum
Tidak tersedia
4
Sepeda motor
Tersedia
5
Sepeda
Tersedia
Sumber: Data Sekunder, 2010
            Berdasarkan isi tabel 6, ditunjukkan sarana transportasi yang tersedia di Desa Tana Toa, hanya sepeda motor dan sepeda. Perkembangan teknologi khususnya di bidang transportasi di sana masih belum  cukup tersedia. Transportasi roda empat sulit di temukan di sana. Jalan di Desa Tana toa juga kurang memadai.
3.4.3. Sarana Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Wikipedia, 2010).
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut sarana kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 7          Sarana Kesehatan Desa Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Jenis Sarana Kesehatan
Jumlah
1
Rumah sakit
0
2
Puskesmas
1
3
Puskesmas pembantu
1
4
Polindes
0
5
Posyandu
3
Sumber: Data Sekunder, 2010
            Tabel 7 menjelaskan tentang ketersediaan sarana kesehatan, di desa Tana Toa tidak terdapat rumah sakit, namun ada beberapa sarana kesehatan lainnya, yaitu Puskesmas sebanyak satu unit, puskesmas pembantu satu unit, polindes belum tersedia, sedangkan posyandu sudah tersedia sebanyak 3 unit.
3.4.4. Sarana Peribadatan
Ibadat atau Ibadah adalah perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama, segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya, dan upacara yang berhubungan dengan agama (Wikipedia, 2010).
Berdasarkan data sekunder desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, maka dapat dikelompokkan menurut sarana peribadatan. Untuk lebih jelasnya dapat diliahat pada tabel berikut ini:
Tabel 8          Sarana Peribadatan Desa Tana toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba
No.
Jenis tempat ibadah
Jumlah
1
Mesjid
6
2
Musholla/Langgar
1
3
Gereja
0
4
Vihara
0
5
Kuil
0
Sumber: Data Sekunder, 2010
            Tabel 8 menerangkan tentang jumlah dan jenis sarana peribadatan yang terdapat di desa Tana Toa. Dimana Mesjid terdapat 6 buah, mushollah/langgar 1, gereja, vihara, dan kuil belum tersedia.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Field Trip
Field trip atau kegiatan praktek lapang merupakan salah satu kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa yang mencakup baik latihan mengajar maupun tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi kependidikan (wordpress, 2010).
Dalam kegiatan praktek lapang ini, ada 4 persinggahan yang menjadi objek pengamatan, yaitu:
4.1.1   Persawahan, Takalar
            Jenis persawahan yang ada di daerah takalar termasuk sawah irigasi. Varietas padi pada daerah tersebut antara lain Filipina, Ciliwung, Cireha, 64 dan Pandan Wangi. Reasponden kami yaitu Dg Bani menggunakan benih Filipina karena jenis ini cocok untuk ditanam di daerah tersebut. Selain itu masyarakat di sana suka dengan jenis padi Filipina. Adapun kelebihannya yaitu bibit mudah didapatkan, harga bibitnya relatif murah, produksinya banyak, dan penjualannya memberikan keuntungan yang bagus. Sedangkan kekurangan benih Filipina menurut responden kami hampir tidak ada, namun biasanya benih Filipina apabila pupuk yang digunakan tidak sesuai biasanya mempengaruhi pertumbuhannya. Pupuk yang digunakan untuk tanaman padi tersebut diantaranya urea, TSP dan ZA. Pada saat melakukan wawancara, petani tersebut menjelaskan bahwa ketiga jenis pupuk tersebut harganya murah, mudah didapatkan, dan kualitasnya baik. Namun di samping itu, kekurangan dalam penggunaan pupuk tersebut berdampak pada tanah dimana dapat mengurangi unsur-unsur hara yang terdapat di dalam tanah sehingga menyebabkan kesuburan tanah berkurang. Adapun komposisi dalam sekali pemupukan yakni 2 kg urea, 1 kg TSP dan ½ kg ZA. Penyemaian bibit dilakukan selama dua minggu, dalam penyemaian tersebut digunakan cangkul. Pada saat penanaman, sawah tersebut diolah dengan menggunakan traktor untuk mempermudah petani dalam menggarap sawah mereka. Bibit padi Filipina digunakan karena bibit tersebut merupakan bibit unggul yang dapat menghasilkan produksi yang banyak. Adapun sistem  yang digunakan dalam proses penanaman yaitu dengan sistem tapin (tanam pindah) yang artinya bibit tersebut disemaikan kemudian ditanam kembali. Cara ini digunakan karena padi yang dihasilkan nantinya dapat tumbuh dengan subur dan baik.
            Karena termasuk sawah Irigasi maka penanaman padi dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Dan setiap panen, dalam satu hektar dapat menghasilkan 80 karung gabah. Satu karung gabah seberat 50 kg, dijual dengan harga Rp 125.000,-. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam sawah seluas satu hektar yakni Rp 2.500.000,-.


            Adapun jenis hama yang sering menyerang padi mereka yakni ulat dan tikus. Ulat tersebut menyerang padi biasanya tedapat di dalam biji padi, petani membasminya dengan menggunakan racun. Sama halnya dengan hama tikus, petani membasminya dengan menggunakan racun pembasmi hama seperti pestisida yaitu dengan cara disemprotkan.
            Musim tanam biasanya dimulai pada bulan Januari dan dipanen pada bulan Mei. Menurut salah seorang petani, panen tahun ini lebih  berhasil dibanding panen tahun lalu karena adanya hujan malam. Mereka menuai padi masih dengan cara biasa dan menggunakan mesin perontok padi.
4.1.2   Mangrove, Jeneponto
            Tegakan mangrove dapat membentuk perakaran yang sangat kokoh dan memiliki kemampuan untuk meredam pengaruh abrasi oleh gelombang  laut dan melindungi pantai dari erosi. Bentuk batang mangrove yang melengkung tidak mudah patah jika diterjang ombak besar dan angin kencang.
            Hutan mangrove yang biasa tumbuh disepanjang pesisir pantai atau muara sungai adalah suatu ekosistem yang memiliki peranan penting dari sisi ekologi, biologi, dan ekonomi. Secara fisik, hutan mangrove mempunyai fungsi untuk melindungi pantai dari abrasi dan intrusi gelombang laut, melindungi daratan dari gelombang angin laut, menahan sedimentasi sehingga membentuk tanah baru, memperlambat kecepatan arus, serta sebagai penyanggah antara komunitas karang dan lamun.
            Secara biologis, hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai sumber bahan organik, sebagai tempat pemijah (nursery ground) beberapa jenis udang dan ikan. Tempat berlindung dan mencari makan ikan, udang, berbagai jenis burung, dan satwa lain, sebagai habitat dalam berbagai biota darat dan laut.
            Kondisi hutan mangrove saat ini cukup membutuhkan perhatian. Mengingat betapa vitalnya fungsi mangrove bagi lingkungan dan ekonomi, maka sudah selayaknya kita mulai merehabilitasi kembali kawasan pantai, pesisir dan hilir sungai.
4.1.3   Komunitas Nelayan, Bantaeng
Sebagian besar dari mata pencaharian dari masyarakat yang ada di sekitar pesisir yakni sebagai nelayan yang menangkap ikan di laut. Menurut salah seorang nelayan yang berhasil saya wawancarai bahwa pada umumnya nelayan tersebut pergi melaut pada malam hari karena mereka menunggu angin darat.
Dalam melaut Pak Ambo menggunakan perahu yang hanya bisa bermuatan dua orang saja. Perahu kecil tersebut digerakkan oleh mesin yang berbahan bakar solar. Solar yang ia habiskan selama melaut kurang lebih 5 liter. Adapun input yang mereka gunakan adalah cacing-cacing kecil ataupun ikan-ikan kecil untuk dijadikan umpan dalam memancing ikan di laut. Sedangkan teknologi yang mereka gunakan tergolong teknologi yang masih bersifat sederhana, Ia bersama dengan temannya
menggunakan alat pancing dalam menangkap ikan dan beliau tidak mempergunkan jaring ataupun pukat harimau. Ikan yang ia pancing bermacam-macam misalnya ikan kerapu, ikan sunu dan lainnya.
Hasil pancingan yang ia peroleh biasanya mencapai kurang lebih 20 kg. Hasil yang diperolehnya tersebut kemudian di jual kepada pedagang pengumpul. Biasanya pedagang pengumpul tersebut menghargainya Rp 40.000,- per kilogramnya. Pendapatan yang  biasanya ia peroleh selama sehari melaut dapat mencapai Rp 750.000,- dimana pendapatan tersebut termasuk pendapat bersih. Pak Ambo tidak memperoleh pendapatan bersih tersebut sendiri tetapi pak Ambo melakukan bagi hasil dengan temannya melaut yakni hasil yang diperoleh kemudian dibagi dua. Maka pak Ambo mengantongi sekitar Rp 375.000,- per hari.
            Dengan hanya mempergunakan pancing dalam menangkap ikan dapat mengurangi terjadinya kerusakan laut. Dan merusak lingkungan yang ada di ekosistem laut. Dan hal ini akan menjadikan ekosisitem laut terus berlanjut dan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbeda apabila menggunakan pukat hariamau dampaknya dapat merusak terumbu karang dan ekosistem lainnya. Dengan penggunaan input yang rendah ataupun sederhana memberikan dampak ekonomi bagi keluarga pak Ambo karena beliau dabat memperoleh keuntungan dari menangkap ikan tersebut.

4.1.4     Perkebunan Karet, Bulukumba
            Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli dibagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia, dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah yang mirip lateks yang juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (famili moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan.
            Menurut responden kami, perkebunan karet yang ada di Kabupaten Bulukumba seluas 5.000 Ha. Dalam lahan seluas satu hektar tedapat 400-500 batang pohon karet. Jarak tanam pohon karet tersebut ialah 4 m. Tinggi pohon karet dewasa mencapai 20 m - 30 m. Cara  pengambilan getah karet ini ialah pohon karet tersebut di deres sekitar 260 cm dari bawah untuk membuat lubang tempat keluarnya getah. Kemudian setelah dilukai, getah yang keluar dari pohon karet tersebut ditadah dengan menggunakan wadah kecil atau biasanya digunakan semacam tempurung kelapa yang menyerupai mangkuk. Setelah itu, biarkan getah tersebut mengalir hingga menempati wadah tersebut dan diamkan selama sehari sampai getah itu mongering.

            Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, cinfeyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia.




Tabel 9 menunjukkan data 6 petani responden kami. Umur rata-rata 43 tahun.  Petani responden tertua bernama Pak Labo’ dengan umur 60 tahun, sedangkan yang termudah yaitu Pak Ummang dengan umur 23 tahun.  Tingkat pendidikan dari 6 responden kami hanya sampai tingkat SD tetapi adapula yang tidak bersekolah. Pekerjaan utama 6 responden adalah sebagai petani.  Rata-rata tanggungan keluarga dari 6 responden berjumlah 4 orang.  Jumlah tanggungan yang tertinggi adalah keluarga Pak Jupri yaitu 10 orang.
4.3   Deskriptif Data
UMUR
Umur merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan aktivitas seseorang.  Semakin tua seseorang maka aktivitasnya akan semakin berkurang.  Begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang maka aktivitasnya akan semakin banyak.  Umur mempengaruhi tingkat kekuatan dan kesehatan seseorang.  Tabel di atas menunjukkan rata-rata petani responden berumur 43 tahun.  Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih berada dalam usia produktif. Umur manusia dapat dikategorikan menjadi dua sifat yaitu : usia produktif (15-65 tahun) dan usia non produktif (0-14 tahun dan >65 )



PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan faktor yang sangat fital untuk melakukan segala sesuatu.  Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Desa Tana Toa sudah mengecam pendidikan meskipun masih pada tingkatan SD.  Akan tetapi ada pula yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama seseorang untuk melakukan pekerjaan.  Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani.  Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang mudah menyebabkan petani lebih dinamis.  Menurut pendapat Soetriono (2003) bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari hasil penglihatan sendiri, pegalaman-pengalaman atau keterangan-keterangan dari orang lain.
PEKERJAAN
Rata-rata pekerjaan pokok petani responden di Desa Tana Toa adalah petani. Sedangkan dari 6 responden kami, hanya 1 orang yang memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai sopir. Pekerjaan sampingan ini merupakan pekerjaan yang dapat menunjang pekerjaan pokok dalam memperoleh pendapatan yang lebih guna untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.  Menurut Levy Silalahi (2006), bekerja merupakan kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA
Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya orong yang harus dihidupi oleh kepala keluarga. Di Desa Tana Toa, jumlah tanggungan keluarga rata-rata 4 orang.  Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi pendapatan yang harus diperoleh kepala keluarga. Menurut Fadholi (2002), menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga, hal ini berkaitan dengan rasio antara jumlah anggota keluarga yang bekerja dengan jumlah anggota keluarga yang besar atau tidak bekerja.
KARAKTERISTIK SUMBERDAYA
Sumber daya yang dimiliki oleh petani responden rata-rata hampir sama yaitu berupa tanaman yang memiliki nilai komersial, seperti padi dan jagung.  Sumber daya merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan usahanya.  Sumber daya yang dimiliki dapat diperoleh dari warisan maupun pembelian.  Dari hasil usaha taninya, petani dapat menggunakannya untuk membeli kebutuhan lainnya,baik untuk usaha tani maupun untuk kebutuhan keluarganya.
Petani di dalam mengelolah lahan pertaniannya dipengaruhi oleh lima aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya, aspek teknologi, aspek ekologi dan aspek SDM.


Aspek Ekonomi
         Biaya produksi yang cukup besar dapat menunjang peningkatan produktivitas.  Oleh karena itu modal yang cukup besar dibutuhkan oleh setiap petani untuk membeli keperluan seperti pembelian pupuk, benih, peralatan, biaya transportasi dan biaya-biaya yang tak terduga.
Masalah yang dihadapi petani di Desa Tana Toa adalah tidak mempunyai modal yang memadai untuk usaha peningkatan produktivitas pertaniannya. Hal itu diperparah kurangnya transportasi didaerah tersebut. Dengan kondisi tersebut petani rata-rata menggunakan pupuk, benih dan peralatan yang sederhana.  Hal ini tentunya akan memberikan dampak yang buruk bagi para petani, berupa produktivitas yang rendah dan kualitas tanaman yang kurang.
Sasaran yang ingin dicapai dengan melihat masalah-masalah yang dialami oleh para petani diantaranya peningkatan produktivitas pertanian agar hasil pertanian mereka memberikan kualitas yang lebih baik sehingga dapat laku dipasaran.  Usaha-usaha atau tindakan yang dilakukan adalah mengaktifkan kembali KUD didaerah tersebut dengan baik dan benar, sehingga kepercayaan masyarakat yang selama ini telah hilang kembli muncul lagi. 
Usaha-usaha lain yang dapat ditempuh adalah pemberian bantuan modal, pupuk, benih maupun peralatan yang dapat menunjang kelangsungan usaha taninya tersebut.  Pemberian bantuan tersebut tak lepas dari peranan pemerintah dan instansi terkait.
Dalam hal pembiayaan pertanian, pengembangan skim kredit yang sesuai dengan karakteristik produk pertanian akan terus diupayakan, selain tetap memperjuangkan adanya subsidi bunga kredit bagi petani.  Semua upaya ini diharapkan dapat meningkatkan akses petani terhadap lembaga permodalan (Departemen Pertanian, 2005)
Aspek Sosial Budaya
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, masyarakat Desa Tana Toa masih dipengaruhi oleh ritual-ritual khusus dan adanya mitos-mitos.  Contohnya yaitu masalah penentuan hari baik untuk menanam dan memanen, pelaksanaan ritual-ritual saat panen dan banyaknya pantangan-pantangan yang besifat gaib yang hrus dihindari selama penanaman.  Menurut keyakinan masyarakat Desa TanaToa apabila hal tersebut dilanggar atau tidak diperhatikan, maka mereka akan mendapatkan kejadian yang buruk.  Sebaliknya, apabila hal tersebut dilaksanakan  maka mereka akan memperoleh hal yang lebih baik.
Masalah yang dapat ditimbulkan dari hal-hal tersebut, terutama mengenai adanya hari baik untuk menanam dan memanen adalah para petani akan terikat pada hal tersebut sehingga secara tidak langsung proses penanaman akan terhambat dan proses panen akan terlambat pula sehingga hasil yang diperoleh tidak memberikan hasil yang baik bagi petani itu sendiri.  Sangat sulit untuk menghilangkan mitos-mitos tersebut karena sudah ada dan dilakukan secara turun temurun.  Oleh karena itu sasaran yang ingin dicapai terhadap masalah tersebut adalah berusaha untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat logis kepada para petani.  Usaha-usaha yang dapat ditempuh adalah melakukan pendekatan kepada masyarakat dan memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada para petani tentang dampak dari adanya mitos-mitos tersebut.  Hal yang lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara pendekatan spritual, berupa ceramah-ceramah rohani yang menyangkut kepercayaan yang harus dipegang atau dijadikan pedoman.
Aspek Teknologi  
Pertanian yang ada didaerah Bulukumba khususnya di Desa Tana Towa, dilihat dari aspek teknologi belum memadai.  Hal itu dapat dilihat dari peralatan-peralatan yang digunakan oleh para petani masih sangat sederhana.  Peralatan tersebut berupa cangkul, sabit maupun linggis.  Pada desa Tana Towa kurangnya teknologi yang menunjang berdampak pada kurangnya irigasi yang dapat mengaliri lahan persawahan dan perkebunan para petani.  Dampak yang lain adalah kurangnya alat transportasi didaerah tersebut sehingga menghambat proses pemasaran hasil produksi.
Masalah yang ditimbulkan dari hal-hal tersebut adalah pengolahan lahan  yang sangat lama dan butuh tenaga yang besar pula.  Serta kurangnya pengairan untuk mengairi lahan para petani.  Semua masalah tersebut dapat menghambat kegiatan pertanian mereka.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah berupa pemberian bantuan teknologi, berupa pemberian peralatan yang lebih modern, seperti traktor maupun alat transportasi.  Hal lain yang dapat dilakukan adalah pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar proses pengairan pada lahan-lahan pertanian.
Sasaran yang ingin dicapai adalah Peningkatan proses pengolahan lahan pertanian dengan cepat dan lebih efisien sehingga tidak menimbilkan kerugian bagi para petani serta membantu para petani dalam proses pemasaran hasil produksinya.
Aspek Ekologi
Dari aspek ekologi dapat dilihat dari segi keadaan lingkungan sekitar. Pada Desa Tana Towa masih terdapat beberapa lingkungan yang mengalami kerusakan.  Hal itu diakibatkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar.  Hal itu dapat dilihat dari masih terdapatnya petani yang mengunakan pestisida secara berlebihan untuk memberantas hama dan penyakit. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan menimbulakan berbagai macam penyakit kulit.  Sasaran yang ingin dicapai atas masalah tersebut adalah peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan pestisida yang berlebihan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan serta arahan kepada masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan adan menghindari pengguanaan pestisida secara berlebihan. Persuasi terhadap petani untuk mengadopsi sistem teras (bangku), pola pertanian bergilir, pertanian-kehutanan, serta teknik konservasi lahan dengan cara subsidi kapital dan input dianggap sebagai cara ampuh untuk memperkecil degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Krisnamurthi,2006)
Aspek SDM
Pendidikan merupakan hal yang paling penting yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.  Dari data dan informasi yang diperoleh di Kabupaten Bulukumba khususnya di Desa Tana Toa menunjukkan bahwa sebagian besar dari para petani didaerah desa Tana Toa tidak pernah mengenyam pendidikan yang tinggi bahkan adapula yang tidak ada sama sekali.  Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Tana Toa.
        Masalah yang ditimbulkan cukup mengkhawatirkan yaitu kurangnya mutu pendidikan petani karena sulit mendapatkan informasi dari para penyuluh.  Hal lain yang dapat ditimbulkan adalah kurang berkembangnya keterampilan yang dimiliki oleh para petani.
Sasaran yang ingin dicapai yaitu peningkatan mutu SDM para petani serta mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh para petani sehingga para petani akan memperoleh pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kualitas usahanya.


Adapun tindakan atau upaya-upaya yang harus dilakukan adalah pengadaan sarana dan prasarana seperti sekolah-sekolah, lembaga-lembaga keterampilan dan sebagainya.  Hal yang lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan serta sosialisasi mengenai cara bertani yang baik.
V.    KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.    Kesimpulan
Berdasarakan dari kegiatan field trip dapat disimpulkan bahwa :
1.    Pertanian secara luas adalah pertanian yang tidak hanya meliputi pertanian itu sendiri  melainkan juga meliputi peternakan, kehutanan, perikanan, dan perkebunan.
2.    Antara satu sektor yang lain saling terkait dengan menimbulkan berbagai masalah baik dari aspek ekologi, ekonomi, aspek sosial budaya, aspek sumber daya manusia dan aspek teknologi.
3.    Di desa Tana Toa Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki suhu udara yang cukup tinggi. Selain itu di daerah ini juga memiliki rasa sosial yang cukup tinggi terhadap masyarakat lainnya serta memiliki kebudayaan atau tradisi yang tetap dipertahankan. Selain itu mereka selalu mengutamakan cara hidup dengan konsep kesederhanaan.
4.    Pada daerah ini tidak pernah terjadi pembabalan secara liar, dikarenakan hutan pada daerah ini dilindungi, baik dari pemerintah maupun adatnya sendiri.




5.2.    Saran
5.2.1.   Teknis
Adapun saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pelaksanaan field trip ini yaitu:
1.            Data yang diberikan kepada peserta praktek lapang disesuaikan dengan format laporan yang diberikan oleh koordinator asisten.
2.            Memperhatikan para peserta praktek lapang mulai dari makanan sampai dengan  kesehatan peserta.
5.2.2.   Agrosistem
Adapun saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pelaksanaan field trip ini yaitu:
1.            Para petani diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan yang efisien dan efektif pada usaha tani yang dilakukannya untuk meningkatkan produksi pertaniaanya dengan memperhatikan prinsip pelestarian lingkungan.
2.            Pemerintah diharapkan memberikan bantuan kepada para petani berupa kegiatan penyuluhan dan jaminan bagi penyediaan alat-alat seperti bibit dan pupuk serta dan pupuk serta pengadaan modal guna memperlancar kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh para petani. 


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.Ibadat. http://id.wikipedia.org/wiki/pembicaraan:ibadat. Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar
Anonim.2010.kesehatan. http://id.wikipedia.org/wiki/pembicaraan:kesehatan. Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar
Anonim.2010.Pendidikan. http://id.wikipedia.org/wiki/pembicaraan:pendidikan. Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar
Anonim.2010.Praktek Pengalaman Lapangan. http://wordpress.com/. Di akses pada Tanggal 6 Desember 2010.Makassar
Anonim.2010.Transportasi. http://id.wikipedia.org/wiki/pembicaraan:transportasi. Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar
Anonim.2010.Umur. http://id.wikipedia.org/wiki/pembicaraan:umur.Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar
Rahmat.2010.Petualanganku berasa suku kajang Sulawesi Selatan. http://google.com/saranakajang. Di akses pada Tanggal 6 Desember 2010.Makassar.
Anonim.2007.pengertian jenis kelamin. http://paramadina.wordpress.com. Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar

Sapti,Ratih.2009.pengertian penduduk. http://ratihseptiayani.blogspot.com/2009/12/penduduk-penduduk-atau-warga-suatu. Di akses pada Tanggal 7 Desember 2010.Makassar
 Saru,Amran.2010.Wawasan Sosial Budaya Maritim (WSBM).Makassar:UPT MKU Universitas Hasanuddin.



LAPORAN PERJALANAN
FIELD TRIP
Oleh
NAMA                 : ANDI ARMAL AL-HAKAM
NIM                      : G 211 10 111
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Di kabupaten Takalar kami mewawancarai seorang petani yang bernama Dg. Bani . Kami mewawancarai bagaimana cara mengelolah sawah yang dia garap. Dia menanam komuditi padi di sawahnya .Pada saat penyiapan terdiri dari, pembajakan dan perataan tanah .dia menggunakan traktor yang dia sewa. Katanya di daerah ini juga masih banyak yang menggunakan alat tradisional, contohnya masih banyak yang menggunakan kerbau  untuk membajak sawah. Setelah melalui tahap penyemaian dia tidak melakukan pemilihan benih, dia langsung saja menanam dari hasil penyemaian tersebut. Dan Bibit yang di gunakannya yaitu bibit Filifina. Di sekitar persawahan ini banyak yang menggunakan Benih unggul seperti benih Hibrida. Selanjutnya penanaman setelah melakukan pembibitan selama 30 hari ia lalu melakukan penanaman pada lahannya. Di sekitar daerah persawahan ini juga banyak yang melakukan sistem tradisional ya itu tabela (tanam benih langsung) yang mengambil langsung benih dari hasil panennya,dan juga tidak melakukan proses penyemaian. Cara pemupukan yang di lakukan oleh dg. Bani adalah memakai cara sebelum menanam ,pada saat pemilihan bibit dia langsung memberikan penyemprot perangsang hama. Dan juga dia menggunakan pupuk hibrida. Dia mengaku melakukan usaha taninya dari persiapan lahan sampai dengan waktu panen. Dia membutuhkan waktu 4 bulan.
Untuk melakukan kegiatan taninya Dg.Bani melakukan sistem sewa tanah. Dg.Bani membayar sewa  kepada pemilik lahan dengan hasil sawahnya itu berupa gabah setiap satu kali musim tanam. Iya memmbaginya 10% buat tuan tanah dan 80%buat si petani dari hasil yang di dapatkannya musim itu.setelah panen dia langsung menjual kepada pedagang pengumpul yang datang pada waktu panen.
Selanjutnya kami melakukan penelitian di hutan magrove di Kab Jeneponto. Hutan mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah pesisir. Hutan mangrove dapat tumbuh di berbagai iklim mulai dari  wilayah pantai hingga wilayah yang paling sedikit curah hujannya. Hutan mangrove memiliki keistimewaan yang besar bagi mahluk hidup karena di lihat dari segi ekosistem perairan hutan mangrove. Memberikan sumbangan berupa organik bagi sekitanya dan hutan mangrove juga merupakan tempat makan bagi berbagai macam biota laut. Selain itu hutan mangrove jugfa sangat kuat menahan ombak dan juga angin dari laut. Hutan mangrove juga dapat sebangai pengurai bahn organik seperti sampah-sampah dari daratan.Hutan mangrove juga sebagai tempat hidup berbagai biota laut seperti ikan udang dan masih banyak lagi.
Hutan mangrove di Kabupaten Jeneponto ini juga di manfaatkan oler banyak orang untuk menambak hewan-hewan laut seperti udang,ikan,dll. Itu karena di hutan ini banyak hidup hewa seperti ini.
Jadi hutan yang ada di Kabupaten Jeneponto ini adalah hutan  yang tingggal di daerah pesisir yang memiliki fungsi yang sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Bukan hanya hutan yang melindungi dari ombak tetapi juga hutan yang memiliki nilai potensi ekonomi yang tinggi. Terlihat dari banyaknya orang yang memanfaatkan hutan mangrove sebagai tempat manambak ikan dan udang.
Selanjutnya perjalanan kami itu di kampung nelayan di Kabupaten Bantaeng. Pada saat itu kami kesuliatan mencari responden. Karena waktu itu kebanyakan dari mereka turun kelaut rata-rata jam 07:00 sedangkan kami tiba di sana sekitar jam 05:00. Jadi kami datang pada saat nelayan masih sedikit yang menurunkan jalanya. Menurut nelayan yang kami tanyai dia itu mulai menurunkan jaringnya pada jam 07:00 malam.lalu membawa pulang hasil tangkapannya di pagi hari. Katanya dia membawa pulang hasil tangkapannya berupa ikan putih, ikan merah dan katanya iya sering juga mendapatkan udang yang besar. Entah itu loobster atau udang jenis besar lainnya. Jika bapak ini ingin menjual hasil tangkapannya iya langsung menjualnya kepada pedagang pengumpul yang datang pada waktu pagi hari tiba. Pad saat itu nelayan baru pulang. Dia menjual ikan putih ini dengan harga Rp5.000/kilo ikan merah Rp 20.000/kilo sedangkan jika iya mendapatkan loobster iya akan mendapat Rp 2.000.000/kilo. Lalu pedagang pengumpul ini membawanya ke kota.
Perkebunan karet di bulukumba merupakan perkebunan karet yang sangat besar dan juga perkebunan yang tertata dengan rapi. Dari responden kami pembibitan tanaman karet itu di lakukan okulasi pada masa akhir musim hujan untuk mencegah masuknya hama-hama yang mengganggu pohon karet ini dengan menggunakan insektisida untuk memberantas hama kutu-kutu ini dari pohon karet. Untuk memanen karet mampu menghasilkan getah pada umur 5 tahun dan tiap 35 tahun tanaman ini harus diperbaharui. Dalam sehari pohon karet mampu menghasilkan 550 cc dan apabila di hitung secara keseluruhan pohon yang berada di kebun sebenyak 100kg/ha.
Persinggahan terakhir yaitu di tempat yang di sebut dengan Tanah Toa Kajang. Di Tanah Toa ini kami mewawan carai seorang petani yang juga seorang pemuka adat di kawasan ini. Dia bernama pak Halim dia melakukan usaha taninya di desa Pattiroang di luar dari kawasan Tanah Toa. Itu di karenakan di desa Tanah Toa dilarang untuk menebang hutan untuk menjadikannya sawah. Tanaman yang di usahakan adalah tanaman Padi ,Jagung,dan  coklat. Luas lahan yang di milikinya adalah seluas 2 ha. Di sawah ini di tempatkan tanaman padi dan jagung di sekitar persawahan tersebut. Dan mereka menanam coklat di kebun mereka yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Dia melakukan pembibitan itu tanpa di pilih bibit sebelumnya. Pak Halim juga melakukan pemeliharaan tanaman dengan cara menjaga dari tikus-tikus dengan cara mencabuti tanaman yang sudah tua atau mati. Jika padi mengalami gangguan seperti padi memerah, dia melakukan ritual dengan mendi\oakan supaya padinya itu menjadi bagus kembali, dan katanya ini akan sangat membantu. Setelah panen dia tidak langsung menjual hasil taninya tetapi iya simpan sendiri untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk keperluan adat.benih yang di pakai adalah benih dari hasil panen itu sendiri. Petani ini juga mendapat irigasi dari sungai dekat persawahannya.
LAPORAN PERJALANAN
FIELD TRIP
Oleh
NAMA                 : NURFIQAYIMI ARNIS
NIM                      : G 211 10 256
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Pada hari kamis 26 November 2010, sekitar pukul 09.00, saya dan teman-teman berangkat dari kampus kemudian tiba ditakalar pada jam 10.05. disana saya tiba ditempat praktek lapang pada field trip awal yaitu disebuah persawahan dengan mengamati persawahan serta mencari tau bagaimana proses pembibitan hingga panen tiba melalui salah satu responden.
Setiba disana saya langsung menemui responden saya yang bernama Daeng Bani. Awal dari proses penanaman padi itu sendiri  yaitu dengan menyiapkan lahan dengan menggunakan traktor. Setelah lahannya telah siap sekitar satu hari setelah ditraktor kemudian pemilihan benih pun dilakukan dengan menaruh atau menaburkan benih itu diatas lahan, dan benih itupun bernama benih piliphina, setelah itu benih itu pun di pupuk dengan menggunakan racun padi. Setelah benih itu ditanam selama kurang lebih satu bulan, dia telah menjadi bibit, dan bibit itu kemudian di bine dalam bahasa yang digunakan oleh orang yang ada disana. Setelah semua itu selesai benih yang telah menjadi bibit itu lalu dibine kemudian diangkat dan dipindahkan ke lahan yang telah siap untuk di Tanami. Terkadang penanaman bibit=bibit padi ini dilakukan selama 1-2 hari, jika lahannya tidak terlalu besar, tergantung pada luas lahan yang dia garap. Kemudian bibit yang telah di tanam tadi dipupuk lagi dengan menggunakan pupuk urea dan pupuk urea ini di taburkan hanyalah satu kali. Setelah itu ditunggu hingga dua minggu kemudian ditunggulah hingga 3-4 bulan hingga masa panen tiba. Dalam proses penungguan masa panen tiba para petani juga harus waspada terhadap padinya karena jangan sampai padi yang di tanam itu terkena penyakit atau diserang hama-hama.dan juga pemupukan yang baik agar mendudkung keberhasilan padinya.
Setelah masa panen tiba, semua petani membagi hasil panennya dengan ketentuan yang berlaku. Pertama untuk pemilik sawah dan sebagai penggarapnya 75% beserta petani yang membiayainya. Kemudian yang 25% dengan petani yang membantu, seperti yang membantu menananam dan menggarap sawahnya.
Sebelum padi itu dijual dan dijadikan beras, padi itu dijemur selama tiga hari. Setelah dijemur dipabrik, baik pabrik tiu yang terkadang jalan yang saat ini sudah ada ataupun dating langsung kepabriknya.
Setelah dipabrik beras pun telah jadi dalam kemasan (karung) dan siap untuk dikonsumsi dan terkadang hamper semua dari petani itu menjual hasil panennya dan hanya sedikit yang disimpan untuk dikonsumsi agar penghasilannya bisa mencukupi. Dan juga terkadang jika petani yang memiliki kelebihan beras ia membagi-bagikan ke kerabat ataupun keluarganya.
Hasil yang didapatkan oleh petani itu dari penjualan berasnya selain menyimpan sebagian hasilnya untuk dikonsumsi dan keperluan sehari-hari dia juga menyisakan hasilnya untuk memperbaiki alat yang ia gunakan seperti traktor jika rusak, dan biaya untuk membeli pupuk, pestisida, dan benih yang ia gunakan untuk menanam padinya lagi.
Setelah kami melakukan wawancara terhadap responden kami ditakalar pada persawahan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju wilayah praktek lapang pada field trip kedua yaitu di jeneponto dang mangrove.
Akan tetapi sebelum kami tiba disana, karena waktu telah menunjukkan pukul 12.00, dan waktu itu hari jum’at jadi kami pun beserta rombongan praktek lapang singgah di Taman Raya, di tempat peristirahatan dan solat. Adapun pas kami tiba semua laki-laki melaksanakan solat jum’at dan yang perempuan pun sebagian da yang makan dan ada juga yang tinggal di mobil tidur, karena di Taman Raya itu juga terdapat rumah makan dan toko-toko kecil didekat mesjid itu, jadi kami semua juga makan siang ditempat itu. Kemudian setelah laki-lakinya selesai melaksanakan solat jum’at yang cewe pun juga melaksanakan solat dan bergantian laki-lakinya juga makan siang.
Setelah sejam kami disana untuk solat dan makan siang, sekitar pukul 13.30 kami berangkat ke tujuan kedua yaitu jeneponto. Sepanjang perjalanan k’afif juga sedikit menjelaskan tentang bagaimana itu hutan mangrove dan jenis-jenis dan juga fungsi-fungsinya. Kemudian Kami tiba disana pada pukul 14.08, setibanya disana kita langsung diberi arahan dari Kak Maskur. Jenis ekosistem pesisir yang disampaikan k’maskur yaitu padang lamun, mangrove dan terumbu karang
Adapun ekosistem pesisir itu berfungsi menahan abrasi dan air laut supaya tidak naik kedarat. Dan adapun sampah-sampah yang ada dilaut tidak naik kedarat. Mangrove yang ada disna terletak didekat empang.
Hutan mangrove yang ada disana tumbuh tiap harinya dan membawa banyak keuntungan, dihutan mangrove itu tumbuh yang namanya padang lamun. Padang lamun itu memiliki fungsi sebagai sumber makanan dan sangat penting bagi organism-organisme yang hidup disana karena memiliki tempat perlindungan.
Adapun terumbu karang terkadang berada di hutan mangrove,dan itu menjadi tempat hidupnya dan sebagai tempat perlindungannya dari serangan mangsa. Adapun yang dijelaskan oleh k’iit yaitu zona mangrove yang terdiri dari:
a.    Avicience Sp
b.    Rhizopora Sp
c.    Bivegeria
d.    Nipa
Dari keempat zona mangrove tersebut juga terurut dari pantai paling depan sesuai urutan yang diatas. Kemudian cara pembedaan empat zona itu terletak atau dapat dilihat dari akarnya.
a.    Akar Avicience Sp itu sendiri adalah akar hajar yang dimana akarnya itu tumbuh disamping pohon seperti pensil yang fumgsinya sebagai penyerap oksigen. Pensil-pensil itu juga sangat berfungsi untuk menahan sampah-sampah laut juga.
b.    Akar Rhizopora Sp  itu adalah akar tunggang yang ada di pohon mangrove dan seperti gurita. Akar ini memperkuat pohon mangrove.
c.    Akar Bivegeria yaitu akar lutut dimana akar ini melengkung.
d.    Akar nipa yaitu akar nipa yang tidak menyerupai akar seperti biasanya, tetapi tanah yang ada dibawahnya itulah yang berfungsi sebagai akar.
Pada hari yang sama setelah kami dari jeneponto saya dan rompbongan pun tiba di bulukumba, tepat pada pukul 15.30 saya langsung turun ke lokasi untuk mancari responden, dan responden itupun bernama Pak Ambo. Dia berumur 40 tahun, dan provesi utamanya sebgai nelayan. Tidak memiliki pendidikan tinggi dan hanya menanmatkan sekolah dasar saja. Dia juga memiliki 6 orang anak yaitu Anti 25 th, Nirwan 11 th, Samsinar 30 th, dan Ramlah 14 th.
Pak ambo itu sendiri yang provesiya hanya sebagai nelayan pergi membawa jarring yang digunakan untuk menangkap ikan pada jam04.00 tau jam 05.00 sore dan setelah itu dia kembali pergi memancing atau menunggu jarinnya hingga ikan0ikan disitu terjebak dijaringnya. Karena banyak ikan yang berkeliaran pada malam hari, jadi waktu para nelayan itu keluar untuk mengecek jaringnya apakah jarring-jaring yang ia pasang sudah terjebak oleh ikan atau tidak. Kemudian dia kembali dengan membawa ikan pada pukul 04.00 atau 05.00 pagi. Pak ambo tidaklah menggunakan bom atau alat lain untuk menangkap ikan karena akan dapat merusak laut dan merugikan banyak aspek.

Setelah ia kembali dari laut ia pun langsung pergi menjualnya kepada pedagang penumpul, jadi pak Ambo tidak perlu membawa ikannya langsung kepasaran untuk dijual dan ada juga yang ia sisakan untuk makanan sehari-hari.
Setiap harinya pak ambo mampu mendapatkan sekitar 100.000,00 dari hasil yang ia dapatkan selama semalam di laut itu. Ikan yang biasa ia dapatkan yaitu ikan putih dan ikan merah. Ikan putih itu biasanya dijual dipedagang pengumpul dengan harga 15.000/kg dan 20.000/kg untuk ikan merah. Selain ikan putih dan ikan merah ia juga sering mendapat udang atau lobster yang dijual dengan harga 250.000, selain menagkap ikan dan udang ia juga membudidayakan rumput laut. Rumput laut itu terlebih dahulu diapungkan selama 1 bulan. Kemudian setelah itu dia tumbuh dengan baik akan diambil lalu dijual dengan harga yang telah ditemtukan, tetapi terkadang jika cuaca sedang tidak mendukung dan hujan pun turun dengan derasnya maka ia akan merusak kondisi rumput laut tersebut dan itu juga akan mengakibatkan penghasilan pak ambo menurun. Adapun bulan-bulan yang dapat mendukung naiknya ikan yaitu bulan juli-agustus, tetapi ini juga ada hal-hal yang dapat menyebabkan kurangnya ikan yaitu pada saat bulan purnama, angin kencang, atau ombak yang besar.



Harapan dari pak Ambo itu sendiri yaitu agar mendapatkan bantuan dari pemerintah agar alat-alat yang ia gunakan gunakan untuk melaut ketika mengalami kerusakan dapat diperbaharui, karena jika kerusakan terjadi diantara alat-alat yang ia gunakan dapat mengurangi penghasilan Pak Ambo setiap harinya.
Setelah saya dan teman-teman robongan melakukan wawancara pada responden di bantaeng saya pun dan teman-teman melanjutkan perjalanan lagi sekitar dua jam dari persinggahan sebelumnya, kami tiba pada pukul 18.00 di bulukumba, yaitu pada field trip ke empat di perkebunan karet. Sepanjang jalan sebelum tiba di perkebunan karet itu kami menjumapai tanaman sperti cengkeh, cacao, mangga, jambu mete, rambutan, mangga, dll. Kemudian setelah tiba diperkebunan karet itu, asisten pun langsung memilih responden yang bernama pak anwwar, karena waktu yang terbatas saat itu karena hari sudah gelap jadi kami tidak sempat mencari responden satu per satu. Dan pak anwar itulah yang langsung menjelaskan tentang perkebunan karet itu.
Di sana pak anwar menjelaskan bahwa tanaman karet itu merupakan salah satu komoditi yang sangat menjanjikan prospek kedepannya dan berpenghasilan yang cukup baik. Pohon karet ini ditanam dengan jarak 4 m. dan adapun getah yang bisa dihasilkan tiap harinya 25 cc per pohon. Namun 5 tahun masa penanamn pohon itu barulah   getahnya  bisa  diambil.  Dan  getah  itu  diambil  tiap  harinya   di
tempat yang ia sediakan di pohon itu. Dan adapun masa produktif pohon karet itu 25 tahun, setekah itu pohon karet itu harus diperbaharui lagi untuk mendapatkan hasil yang baik.
Tanaman karet ini kadang dibeli oleh pembeli dari luar negeri seperti jerman tetapi karet yang dijual ini masih dalam keadaan mentah dan belum diolah menjadi bahan jadi.  Karet yang dijual ini dalam keadaan mentah berkisar dengan harga 25.000/kg. dan luas lahan yang ditanami karet seluas 5000 hektar lalu pupuk yang ia gunakan ialah berembus, dan ini biasanya membuat pohon karet itu mongering pada bagian luarnya. Cara memanen menggunakan pisau deres yang terbuat dari besi yang fungsinya menderes.
Setelah persinggahan diperkebunan karet   kami melanjutkan perjalanan ke tempat istirahat yaitu dikajang luar. Karena di perkebunan karet adalah field trip terakhir tanggal 26 November 2010, kami melanjutkan ke desa Tanah Toa pada pukul 18.25. dan akhirnya sampai di rumah pak desa yang merupakan salah satu rumah peristirahatan selama kami melakukan praktek lapang dikajang pada pukul 20.00, lalu setibanya nya disana kami disambut oleh Pak kepala Desa sendiri. Sebelum kami di bagi dirumah-rumah penduduk untuk istirahat untuk mengerjakan tugas atau laporan kami dipersilahkan makan malam terlebih dahulu dan setelah itu kami menuju kerumah masing-masing yang telah dibagi untuk istirahat dan mengerjakan laopran perjalanan dari field trip awal hingga akhir.
LAPORAN PERJALANAN
FIELD TRIP
Oleh
NAMA                 : ANDI YUNITA ANSHARI
NIM                      : G 211 10 257
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

LAPORAN PERJALANAN
Pada tanggal 26 November 2010, tepatnya pukul 09.00 AM, saya dan rombong  an berkumpul di lapangan parkir fakultas pertanian. Sebelum Field Trip dimulai, kami mendapatkan pengarahan dari salah satu dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian. Dalam Field Trip ini kami menggunakan 3 bus dan saya menempati bus yang ke-2. Field Trip ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengertahuan dan pengalaman kami tentang pertanian.
Adapun perjalan kami dimulai dari Makassar, Taklar., Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Tana Toa.  Sepanjang jalan di kota Makassar banyak terdapat pepohonan seperti mangga, kelapa, papaya, pisang, dan sebagainya.
Pada pukul 9.30 AM, kami memasuki daerah Sungguminasa, Gowa. Di pinggir jalan banyak terdapat pedagang kaki lima yang menjual buah-buahan hasil pertanian mereka. Setelah perjalanan panjang, pukul 10.45 AM kami sampai di Takalar. Persinggahan kami yang pertama yaitu persawahan di Takalar. Di sana kami mewawancarai Dg. Bani, seorang petani yang mempunyai pekerjaan samping sebagai penjual kelapa muda.
Beliau mengatakan bahwa sistem penanaman itu terbagi atas 2 cara yaitu Tapin (tanah berpindah) dan Tabela (tanah berhambur). Adapun kekurangan  dari  sistem  penanaman  tapin  yaitu tenaga kerjanya banyak
dan waktu yang digunakan lama. Tapi kelebihan dari tapin itu sendiri adalah hasilnya maksimal dan pemupukannya bagus. Masyarakat di Takalar lebih dominan memakai sistem penanaman tapin.
Pada proses pembenihan, benih direndam selama 3 hari  kemudian ditabur di tempat pembibitan. Setelah 30 hari maka bibit siap untuk di tanam. Benih itu dicabut dari tempat pembibitan kemudian dipindahkan ke lahan yang akan ditanami. Tapi sebelum proses penanaman dimulai,tanah tempat menanam harus dibajak atau digarap terlebih dahulu dengan kerbau atau traktor.
Setelah 3 sampai 4 bulan, padi siap dipanen. Responden yang kami wawancarai menggunakan padi Filipina. Dan pada proses pemeliharaan menggunakan pupuk urea.
Setelah panen, petani tersebut membagi hasil dengan pemilik lahan dengan ketentuan pemilik 25% sedangkan petani yang membiayai semuanya mendapat bagian 75%. Sebelum jadi beras, padi tersebut di jemur selama 3 hari dan di pabrik di tempat terdekat.
Padi tersebut sebagian di konsumsi oleh petani itu dan sebagian di jual untuk kemudian uangnya dimanfaatkan untuk penanaman berikutnya dan memperbaiki alat yang akan digunakan selanjutnya atau sebagai biaya penanaman berikutnya.



Pada pukul 10.02 AM, kami melanjutkan perjalanan ke tempat persinggahan yang ke-2. Sepanjang jalan banyak terdapat tanaman seperti duku, srikaya, rambutan, dan berbagai tanaman tropis lainnya. Selain itu, juga terdapat penjual jagung yang telah diolah sehingga mempunyai nilai jual yang lebih mahal yaitu bassang.
Sekitar jam 12.20 PM, kami tiba di Taman Roya. Di sana kami istirahat sejenak sambil menunggu rombongan lain yang melaksanakan shalat jumat dan kami yang cewek memanfaatkannya untuk makan. Dan pada pukul 01.25 PM, kami melanjutkan perjalanan  dan sampai di Tarowang pada jam 02.08 PM yaitu tempat praktek lapang untuk ekosistem pesisir. Di sana kami mempelajari bahwa ekosistem pesisir berfungsi untuk menahan abrasi dan air laut supaya tidak kencang masuk ke darat. Selain itu juga untuk menahan dan mengurai sampah dari darat ke laut.
Adapun jenis ekosistem pesisir yaitu padang lamun, mangrove, terumbu karang, dan nipa. Hutan mangrove ini tumbuh di sepanjang pantai. Padang lamun adalah tumbuhan yang hidup terbenam di dalam laut yang berfungsi sebagai sumber makanan penting bagi organisme. Terumbu karang adalah karang yang menjadi tempat hidup, berkembang biak, pertumbuhan, berlndung dari serangan pemangsa.


Di atas bus dijelaskan bahwa mangrove itu hidup di daerah tropis. Di Indonesia ada 4 zona mangrove yaitu:
ü  Avicence sp
ü  Rhizopora sp.
ü  Bluegeria
ü  Nipa.
Cara membedakanya yaitu terletak pada akarnya,.
ü  Akar evicence sp yaitu akar hafas di mana akar tersebut tumbuh di samping pohon seperti pencil yang berfungsi menyerap okigen
ü  Akar rhizopora sp yaitu akar tunggang dan mirp gurita.
ü  Akar bluegeria yaitu akar lutut
ü  Akar nipa yaitu akarnya bukan akar atau akarnya juaga tanah.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Kabupaten Bantaeng tepatnya di Kecamatan Pa’jukukang. Di sana kami mempelajari bagaimana masyarakat nelayannya dan kehidupan dari nelayan itu keadaan sosialnya.
Di desa Rappoa itu, kami mewawancarai pak Ambo yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Beliau mengtakan bahwa nelayan yang mau menabur jaring berangkat pada jam 05.00 PM dan kembali untuk mengambil hasilnya pada jam 06.00 PM. Di daerah itu hanya jarring dan pancing dan tidak menggunakan bom ikan karena tetap menjaga kelestarian laut.
Setiap hari pak Ambo bisa menghasilkan Rp 100.000 dari hasil lautnya berupa ikan putih (Rp. 15.000/kg), ikan merah (Rp. 20.000/kg), dan udang (Rp. 250.000/kg). Hasil laut itu dijual langsung pada pedagang pengumpul  dan sebagian di konsumsi bersama keluarganya. Selain menangkap ikan, beliau juga menanam rumput laut. Rumput laut itu dipanen setelah di apung selama 1 bulan. Namun jika kondisi cuacanya tidak menentu dansering turun hujan, biasanya rumput laut tersebut rusak dan akan mengurangi penghasilan dari pak Ambo.
Jika angin kencang, nelayan tidak melaut sehingga pendapatannya berkurang. Tapi pada bulan-bulan agustus biasanya terdapat banyak ikan yang di dapat oleh nelayan dan menyebabkan turunnya harga dari ikan tersebut. Beliau sangat  mengharapkan agar pemerintah memberi bantuan berupa jaring dan mesin yang bisa digunakan untuk melaut.
Setelah selesai mewawancarai pak Ambo akhirnya kami kembali ke bus karena panitia sudah mau melanjutkan perjalanan dan kami berlari dengan kencangnya dan melanjutkan perjalanan sekitar jam 04.27 PM.
Pada pukul 04.25 PM, kami tiba di Bulukumba. Di sepanjang jalan terdapat tanaman cengkeh, kakao, rambutan, mangga, durian, serai, dan sebagainya. Kami tiba di lokasi praktek lapang selanjutnya yaitu di kebun karet pada jam 05.42 PM. Di sana asisten dosen memilih responden yaitu pak Anwar. Beliau menjelaskan bahwa tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting dan memiliki prospek yang cerah. Tanaman karet ini di tanam dengan jarak tanam 4 m dan baru bisa menghasilkan getah pada umur 5 tahun dan jika karet sudah berumur 35 tahun, maka karet itu harus di perbaharui kembali.
Cara pembibitan karet itu menggunakan pasir dan ada 2 jenis penanaman yaitu penanaman biji secara langsung dan menggunakan okulasi. Karet ini biasanya di beli oleh pembeli dari luar yaitu jerman dan di jual perkg dalam keadaan mentah dengan harga Rp 25.000/kg. luas lahan yang digarap yaitu sekitar 5.000 Ha.
Pupuk yang mereka gunakan yaitu MPK 15 15. Namun karet mempunyai penyakit yang di sebut Berembes (BB) atau karet itu kering pada bagian luar. Dalam pemanenan, menggunakan pisau deres yang berfungsi untuk menderes pohon karet. Karena waktu yang diberikan di persinggahan itu sangat singkat. Maka kami tidak mendapat banyak info yang lebih dan tidak sempat berfoto di tempat itu.
Perjalanan ke desa Tanah Toa dilanjutkan pada pukul 06.10 PM. Dalam perjalanan banyak terdapat pohon karet dan jalan yang kami lalui sangat sempit dan kecil. Pada jam 07.00 PM kami tiba di desa Tanah Toa dan disambut oleh Bapak Kepala Desa Tanah Toa.


LAPORAN PERJALANAN
FIELD TRIP
Oleh
NAMA                 : FITRY PURNAMASARI
NIM                      : G 211 10 258
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
LAPORAN PERJALANAN
Pada tanggal 26 November 2010, tepatnya pukul 09.00 AM, saya dan rombongan memulai perjalanan Fiel Trip. Dalam Field Trip ini kami menggunakan 3 bus dan saya menempati bus yang ke-2. Field Trip ini ertujuan untuk menambah wawasan, pengertahuan dan pengalaman kami tentang pertanian.
Adapun lokasi-lokasi field trip yang kami akan lalui yaitu mulai dari Makassar, Takalar., Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Tana Toa.  Sepanjang jalan di kota Makassar banyak terdapat pepohonan seperti mangga, kelapa, papaya, pisang, dan sebagainya.
Pada pukul 9.30 AM, kami memasuki daerah Gowa. Di pinggir jalan banyak terdapat pedagang kaki lima yang menjual buah-buahan hasil pertanian mereka. Setelah perjalanan panjang, pukul 10.45 AM kami sampai di Takalar tempat praktek lapang yang pertama yaitu  mengamati daerah persawahan. Di sana kami mewawancarai Dg. Bani, seorang petani yang mempunyai pekerjaan samping sebagai penjual kelapa muda.
Beliau mengatakan bahwa sistem penanaman itu terbagi atas 2 cara yaitu Tapin (tanah berpindah) dan Tabela (tanah berhambur). Adapun kekurangn dari sistem penanaman tapin yaitu tenaga kerjany banyak dan waktu yang digunakan lama. Tapi kelebihan dari tapin itu sendiri adalah hasilnya maksimal dan pemupukannya bagus. Masyarakat di Takalar lebih dominan memakai sistem penanaman tapin.
Adapun proses pembenihan dilakukan setelah direndam selama 3 hari kemudian ditabur ketempat pembibitan. Setelah 30 hari maka bibit siap untuk di tanam. Benih itu dicabut dari tempat pembibitan kemudian dipindahkan ke lahan yang akan ditanami. Tapi sebelum ditanami, lahn tersebut sebelumnya di garap dengan traktor/kerbau.
Setelah 3 sampai 4 bulan, padi tersebut siap untuk di panen dan kebetulan padi yang ditanam oleh responden yang kami wawancarai yaitu padi Filipina yang di pupuk menggunakan pupuk urea.
Setelah panen, petani tersebut membagi hasil dengan pemilik lahan dengan ketentuan pemilik 25% sedangkan petani yang membiayai semuanya mendapat bagian 75%. Sebelum jadi beras, padi tersebut di Jemur selama 3 hari dan di pabrik di tempat terdekat.
Padi tersebut sebagian di konsumsi oleh petani itu dan sebagian di jual untuk kemudian uangnya dimanfaatkan untuk penanaman berikutnya dan memperbaiki alat yang akan digunakan selanjutnya atau sebagai biaya penanaman berikutnya.
Pada pukul 10.02 AM, kami melanjutkan perjalanan ke tempat persinggahan yang ke-2. Sepanjang jalan banyak terdapat tanaman seperti duku, srikaya, rambutan, dan berbagai tanaman tropis lainnya. Selain itu, juga terdapat penjual jagung yang telah diolah sehingga mempunyai nilai jual yang lebih mahal yaitu bassang.

Sekitar jam 12.20 PM, kami tiba di Taman Roya. Di sana kami istirahat sejenak sambil menunggu yang cowok melaksanakan shalat jumat dan kami yang cewek memanfaatkannya untuk makan. Dan pada pukul 01.25 PM, kami melanjutkan perjalanan  dan sampai di Tarowang pada jam 02.08 PM yaitu tempat praktek lapang untuk ekosistem pesisir. Di sana kami mempelajari bahwa ekosistem pesisir berfungsi untuk menahan abrasi dan air laut supaya tidak kencang masuk kedarat. Selain itu juga untuk menahan dan mengurai sampah dari darat ke laut.
Adapun jenis ekosistem pesisir yaitu padang lamun, mangrove, terumbu karang, dan nipa. Hutan mangrove ini tumbuh disepanjang pantai. Padang lamun adalah tumbuhan yang hidup terbenam di dalam laut yang berfungsi sebagai sumber makanan penting bagi organisme. Terumbu karang adalah karang yang menjadi tempat hidup, berkembang biak, pertumbuhan, berlndung dari serangan pemangsa.
Di atas bus dijelaskan bahwa mangrove itu hidup di daerah tropis. Di Indonesia ada 4 zona mangrove yaitu:
ü  Avicence sp
ü  Rhizopora sp.
ü  Bluegeria
ü  Nipa.
Cara membedakanya yaitu terletak pada akarnya,.
ü  Akar evicence sp yaitu akar hafas di mana akar tersebut tumbuh di samping pohon seperti pencil yang berfungsi menyerap okigen
ü  Akar rhizopora sp yaitu akar tunggang dan mirip gurita.
ü  Akar bluegeria yaitu akar lutut
ü  Akar nipa yaitu akarnya bukan akar atau akarnya juga tanah.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Kabupaten Bantaeng tepatnya di Kecamatan Pa’jukukang. Di sana kami mempelajari bagaimana masyarakat nelayannya dan kehidupan dari nelayan itu/keadaan sosialnya.
Di desa Rappoa itu, kami mewawancarai pak Ambo yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Beliau mengatakan bahwa nelayan yang mau menabur jaring berangkat pada jam 05.00 PM dan kembali untuk mengambil hasilnya pada jam 06.00 PM. Di daerah itu hanya jaring dan pancing dan tidak menggunakan bom ikan karena tetap menjaga kelestarian laut.
Setiap hari pak Ambo bisa menghasilkan Rp 100.000 dari hasil lautnya berupa ikan putih (Rp. 15.000/kg), ikan merah (Rp. 20.000/kg), dan udang (Rp. 250.000/kg). Hasil laut itu dijual langsung pada pedagang pengumpul  dan sebagian di konsumsi bersama keluarganya. Selain menangkap ikan, beliau juga menanam rumput laut. Rumput laut itu dipanen setelah di apung selama 1 bulan. Namun jika kondisi cuacanya tidak menentu dan sering turun hujan, biasanya rumput laut tersebut rusak dan akan mengurangi penghasilan dari pak Ambo.

Jika angin kencang, nelayan tidak melaut sehingga pendapatannya berkurang. Tapi pada bulan-bulan agustus biasanya terdapat banyak ikan yang di dapat oleh nelayan dan menyebabkan turunnya harga dari ikan tersebut. Beliau sangat  mengharapkan agar pemerintah memberi bantuan berupa jaring dan mesin yang bisa digunakan untuk melaut.
Setelah selesai mewawancarai pak Ambo akhirnya kami kembali ke bus karena panitia sudah mau melanjutkan perjalanan dan kami berlari dengan kencangnya dan melanjutkan perjalanan sekitar jam 04.27 PM.
Pada pukul 04.25 PM, kami tiba di Bulukumba. Di sepanjang jalan terdapat tanaman cengkeh, kakao, rambutan, mangga, durian, serai, dan sebagainya. Kami tiba di lokasi praktek lapang selanjutnya yaitu di kebun karet pada jam 05.42 PM. Di sana asisten dosen memilih responden yaitu pak Anwar. Beliau menjelaskan bahwa tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting dan memiliki prospek yang cerah. Tanaman karet ini di tanam dengan jarak tanam 4 m dan baru bisa menghasilkan getah pada umur 5 tahun dan jika karet sudah berumur 35 tahun, maka karet itu harus di perbaharui kembali.
Cara pembibitan karet itu menggunakan pasir dan ada 2 jenis penanaman yaitu penanaman biji secara langsung dan menggunakan okulasi. Karet ini biasanya di beli oleh pembeli dari luar yaitu jerman dan di jual perkg dalam keadaan mentah dengan harga Rp 25.000/kg. luas lahan yang digarap yaitu sekitar 5000 Ha.
Pupuk yang mereka gunakan yaitu MPK 15 15. Namun karet mempunyai penyakit yang di sebut Berembes(BB) atau karet itu kering pada bagian luar. Dalam pemanenan, menggunakan pisau deres yang berfungsi untuk menderes pohon karet. Karena waktu yang diberikan di persinggahan itu sangat singkat. Maka kami tidak mendapat banyak info yang lebih dan tidak sempat berfoto di tempat itu.
Kami melanjutkan perjalanan ke desa Tanah Toa pada pukul 06.10 PM. Dalam perjalanan banyak terdapat pohon karet dan jalan yang kami lalui sangat sempit dan kecil tapi kami sampai dengan selamat sekitar jam 07.00 PM. Alhamdulillah…………. 





LAPORAN PERJALANAN
FIELD TRIP
Oleh
NAMA                 : MUH YAMIN USMAN
NIM                      : G 211 10 275
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
LAPORAN PERJALANAN
Praktek lapang adalah salah satu kegiatan dari mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian (pip) yang diprogramkan guna meninjau lokasi yang telah ditentukan memiliki prospek dalam pertanian. Pada awalnya saya dan teman-teman berkumpul di areal parkiran mobil depan fakultas pertanian. Sambil menunggu yang lainnya datang maka kami sempat mendapatkan arahan dari salah satu dosen kami. Perjalanan praktek lapang kami dimulai ketika pagi itu jam menunjukan angka  08.53 hari jum’at tanggal 26 november 2010, ketika bus yang berjumlah 3 buah bus dan membawa peserta sebanyak 161 orang, dengan mewakili  3 mata kuliah yakni pengantar ilmu pertanian, kebijakan dan perencanaan  pembangunan pertanian dan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Mula-mula bus yang kami tumpangi start dari depan fakultas pertanian kemudian melaju melintasi sepanjang  jalan perintis kemerdekaan. Pada pukul 08.57, suasana diatas bus yang saya tumpangi saat itu sangat menyenangkan dan bersahabat disertai canda tawa dan gurau dari para asisten yang kebetulan pada saat itu satu rombongan bersama saya.  Jumlah orang diatas bus saat itu berjumlah 55 orang yakni terdiri dari praktikan, asisten, sopir dan kernetnya. Tak lama kemudian, waktu menunjukkan pukul 09.03 ketika kami melintasi jalan Urip Sumoharjo, dimana saat itu keadaan arus lalu lintas tampak padat sehingga bus yang kami tumpangi berjalan tersendat-sendat dan agak melambat.
Jam menunjuk pukul 09.12 saat bus yang saya tumpangi sudah melintas di jalan AP. Pettarani dimana pada saat itu cuaca mulai agak mendung namun sama sekali tidak mengurangi kepadatan di jalan raya. Kemudian bus kami melintasi jalan Sultan Alauddin menuju Kab. Gowa, disepanjang jalan yang kami lalui terlihat ada banyak tempat-tempat yang menarik diantaranya persawahan dimana yang kami lihat adalah hamparan persawahan yang saat itu dalam tahap pengolahan lahan yang dipersiapkan untuk ditanami hal ini terlihat jelas dari lahan-lahan persawahan yang saat itu sedang dibajak dengan menggunakan traktor, saya juga melihat  pasar-pasar tradisional yang menjual hasil-hasil pertanian di daerah setempat seperti sayuran dan buah-buahan segar.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.05 saat bus yang saya tumpangi memasuki daerah kab. Takalar dengan tanda patung pahlawan daerah setempat yakni Karaeng Polong Bangkeng. Tak lama kemudian bus yang saya tumpangi menepi dan berhenti tepat di areal persawahan yakni  tepatnya di Kecamatan Polong Bangkeng Utara. Kamipun langsung diarahkan untuk mengamati dan mencari responden di areal persawahan tersebut. Saat itu saya dan peserta lainya nampak terlihat sibuk melakukan observasi di areal persawahan. Saat itu saya dan beberapa orang yang lainnya yang kebetulan sekelompok dengan saya tampa membuang banyak waktu langsung melakukan observasi untuk
mengumpulkan data-data yang kami butuhkan di persinggahan pertama praktek lapang kali ini. Di areal pesawahan ini kami mengamati beberapa aspek- aspek penting yakni:
1.         Proses penyemaian benih
Proses penyemaian dilakukan dilakukan pada saat sawah yang akan ditanami mulai diolah dan dipersiapkan yakni pada saat musim hujan mulai teratur pada bulan-bulan tertentu yakni saat memasuki bulan November dimana curah hujan mulai tinggi. Langkah awal dari tahapan penyemaian yakni persiapan lahan penyemaian dan pemilihan bibit unggul dari varietas-varietas pilihan yang sudah diseleksi sebelumnya.setelah bibit unggul di dapatkan, bibit kemudian direndam agar mempercepat perkecambahan dimana tahapan selanjutnya setelah benih sudah mengeluarkan kecambah berupa akar benih selanjutnya dihambur di lahan yang telah dipersiapkan yakni  dibuat petakan-petakan di pinggir sawah yang sementara sedang diolah,  kemudian setelah benih yang telah dihambur berumur kurang lebih 10 hari maka mulailah diadakan pemupukan dengan menggunakan pupuk urea (N), hingga benih berumur 17- 25 hari sejak benih ditabur, benih sudah bisa dicabut untuk dipindahkan lahan yang telah diolah sebelumnya dengan menggunakan traktor.



2.         Proses pengolahan lahan
          Pengolahan lahan di daerah yang saya tempati melakukan observasi sudah dilakukan dangan menggunakan alat-alat modern yakni sudah sebagian besar petani mengolah lahan mereka dengan menggunakan traktor sewa yang dapat dengan muda dijumpai di areal persawahan tersebut apabila musim mengolah lahan untuk tanaman padi sudah dimulai.
3.          Proses penanaman
          Proses penanaman dilakukan apabila umur benih yang sudah dipersiapkan sudah bisa untuk dipindahakan serta lahan yang akan ditanami sudah siap, yakni sudah diolah dengan memakai traktor beberapa kali dan lahan sudah berlumpur. Di areal persawahan yang ada di daerah ini para petani melakukan penanaman dengan sistem tanam pindah dengan alasan lebih mudah dalam segi proses perawatan khususnya proses pemupukan dan pada saat proses pemanenan dilakukan.
4.          Proses perawatan
          Ada 2 proses yang ada jika menyinggung masalah perawatan yakni proses pemupukan dan prenyemprotan, dimana proses pemupukan di lakukan saat tanaman padi yang sudah ditanam berumur kurang lebih 14 hari satelah proses penanaman dilakukan, jenis pupuk yang dipakai untuk
pemupukan pertama yakni pupuk urea (N), sedangkan penyemprotan dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari satu bulan tergantung dari keadaan tanaman apakah terserang hama atau tidak.
5.    Proses panen
          Proses pemanenan dilakukan saat tanaman padi sudah berumur kurang lebih 3 bulan sejak penanaman dilakukan ketika tanaman padi sudah memperlihatkan cirri-ciri yang khusus seperti bulir padi yang sudah merunduk, biji padi berwarna kuning dan daun yang sudah terlihat mengikuti warna biji. Proses pemanenan biasanya dilakukan dengan menggunakan sabit serta alat perontok baik yang tradisional maupun yang sudah modern.
6.         Proses pengolahan pasca panen
          Proses pengolahan pasca panen dilakukan setelah tanaman padi sudah melalui proses pemanenan dilokasi persawahan dimana tahapan selanjutnya ialah proses pengangkutan ke lokasi pengumpulan yang kemudian dilanjutkan dengan proses penjemuran dan proses penggilingan yang dilanjutkan dengan proses pemasaran sebagai proses terakhir.
           Setelah berbagai proses dilakukan maka akan didapat hasil produksi yang tergantung dari segi pengolahan dan perawatan tanaman (padi). Semua informasi pengenai proses pengolahan sampai pasca panen    ini   saya   dapat   dari   salah   seorang   responden   yang   saya              
wawancarai  yakni  bernama  daeng  bani seorang  petani  berumur  35 tahun . tanpa terasa kamipun meninggalkan area persawahan menuju bus untuk melanjutkan kegiatan field trip selanjunya.
           Tepat jam 11.00 kami melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya singgah di persawahan di daerah Takalar, disepanjang perjalanan saya melihat ada berbagai jenis tanaman maupun tumbuhan yang tumbuh di pinggir jalan seperti pohon mangga, pisang, kelapa, jambu air, nangka, rambutan, lontar, kelapa, dan berbagai pohon peneduh seperti pohon ki hujan, asam, dan masih banyak tanaman yang lainnya. Tampa terasa kami akhirnya sudah sampai di persinggahan ke 2 yakni di daerah Tarowang Kab. Jeneponto, disini kami akan melakukan observasi di ekosistem pesisir khususnya tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove yang saya amati disini adalah jenis mangrove liar yang tidak terawat sehingga lambat laung jika kayu nya terus menerus dimanfaatkan akan punah dan mengancam daerah tersebut dari proses abrasi atau pengikisan yang disebabkan oleh ombak laut. Ada beberapa jenis spesies mangrove yang semapat saya amati yaitu mangrove jenis nipa dan jenis bakau. Jenis nipa biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan air nira, selain itu kayunya juga bias digunakan sebagai bahan bangunan ataupun perahu nelayan. Sama halnya dengan bakau kayunya juga dimanfaatkan sebagai  bahan  kayu  bakar.  Ekosistem  pesisir ini  mempunyai pengaruh
yang sangat vital bagi lingkungan sekitarnya. Selain menahan dampak abrasi oleh ombak, juga merupakan sumber kehidupan bagi ikan-ikan keci untuk bertelur dan berlindung, sama halnya dengan udang.
Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan field trip ke area persinggahan selanjutnya yakni perkampungan nelayan yang ada di Kab. Bantaeng. Di daerah persinggahan kali ini saya mengamati para nelayan yang ada di daerah tersebut, dimana didaerah ini selain nelayan penangkap ikan yang banyak, didaerah ini para nelayan penagkap ikan juga kebanyakan mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani rumput laut yang tergolong menurut mereka lebih mudah dibudidayakan dan lebih menjajikan karena di daerah ini telah dibangun pabrik pengolahan rumput laut oleh perusahan dari Cina. Cara nelayan melaut pada daerah yang satu ini ialah mereka keluar di malam hari untuk turun kelaut lalu memasang jaring di laut, lalu mereka menunggunya hingga subuh dan mengambil hasil tangkapan ikan dari jaring yang telah dipasang semalam. Peralatan yang mereka gunakan masih sbagian besar merupakan peralatan tradisional yakni alat pancingan, jarring, dan perahu. Nelayan di daerah tersebut menjual hasil tangkapannya kepada pedagang pengumpul. Jenis ikan yang didapatkan ada bermacam-macam, ntara lain ikan kerapu, ikan merah, ikan putih, dan ada beberapa jenis udang. Jenis ikan merah yang dijual perkilogram ialah Rp. 40.000,-, ikan putih perkilogram ialah Rp. 45.000,-, adapun jenis udang lobster yang biasanya dijual dengan harga Rp.250.000,-.
          Tepat pukul 04.10 perjalanan kembali dilanjutkan menuju kab.Bulukumba dimana lokasi field trip selanjutnya akan di lakukan, selama perjalanan menuju tempat selanjutnya saya memperhatikan pemandangan yang sangat indah dan menarik yakni pinggir pantai, persawahan, dan ladang jagung. Tak terasa jam menunjukan pukul 05.35 ketika bus yang saya tumpangi memasuki areal hutan karet yang sangat luas dan tertata rapi hingga bus yang saya tumpangi berhenti diareal perumahan para pekerja karet dimana tidak jauh dari rumah para pekerja tersebut terdapat hamparan perkebunan karet, kami kembali diarahkan untuk melakukan observasi didaerah ini, ketika kami menuju areal hutan karet salah satu dari pekerja perkebunan karet di sana menghampiri kami yang saat itu berjalan bergerombol, sesampainya di areal hutan karet, beberapa asisten langsung  bertanya dan meminta penjelasan tentang cara penanaman, cara penyadapan dan pangsa pasar untuk komoditi karet ini.
           Adapun inti dari penjelasan pekerja karet tersebut adalah bahwa tanaman karet di kembambiakkan dengan cara okulasi/ pembibitan dengan biji kemudian mengenai jarak tanam tanaman karet yang diterapkan disana adalah berjarak 4 meter dimana jarak inilah yang paling efektif berdasarkan hasil penelitian, tak lupa pekerja tersebut juga menjelaskan bahwa psar untuk komoditi karet saat ini di pasarkan di 5 negara yakni salah satunya adalah jerman dengan harga pasar pada tahun 2009 mencapai $ 2 atau sekitar Rp 25.000. Setelah data yang kami dapatkan kami rasa sudah cukup dan mengingat waktu sudah mulai magrib sedangkan tempat yang kami akan tuju masih jauh maka kamipun langsung diarahkan untuk naik ke bus masing-masing dan perjalananpun kembali dilanjutkan. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 07.25 saat bus yang kami tumpangi sudah memasuki desa  Tana Toa dimana di tempat  kami akan melakukan beberapa observasi selama beberapa hari, kamipun langsung diarahkan menuju rumah kepala desa yang telah disiapkan oleh panitia untuk diadakan penyambutan secara baik-baik sekaligus untuk makan malam, setelah diadakan penyambutan kamipun langsung diarahkan  menuju rumah masing-masing setiap kelompok yang sudah disiapkan oleh panitia,dan sesampainya disana saya dan beberapa teman yang saat itu serumah dengan saya langsung beristirahat karena keesokan hareinya kami akan diperintahkan untuk mencari responden.


LAPORAN PERJALANAN
FIELD TRIP
Oleh
NAMA                 : ANDI PASEROI
NIM                      : G 211 10 278
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Pada hari Jum’at tanggal 26 november 2010 kami mahasiswa Universitas Hasanuddin Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian angkatan 2010 akan melakukan praktek lapang pip. pada saat jam menunjukkan jam 8.50 bis yang kami lewati mulai berangkat dari kampus menjuju kekabupaten bulukumba yaitu tujuan kami mengadakan praktek lapang perjalanan pun dumulai dengan keluarnya kami dari pintu satu unhas kemudian melintas ke jalan perintis kemerdekaan. Pada saat waktu mrnunjukkan pukul 9.30 kami pun memasuki kabupaten gowa, dikabupaten gowa terdapat banyak tanaman palam yang tumbuh disepanjang jalan, tak lama kemudian kami melintasi sebuah jembatan yang bernama jembatan kembar. Pada saat jam menunjukkan pukul 10.00 kami pun tiba ditakalar yaitu tempat tujuan persinggahan kami yang pertama untuk mengalkukan pengamatan tehadap perswahan didaerah tersebut.
Kami mengamati cara pembibitan dan penanaman padi. Disana kami bertemu dengan seorang petani yang sedang menanam padi disawahnya, ia menjelaskan bahwa didaerah tersebut sidah menggunakan traktor untuk menmbajak dan perataan lahan tetapi masih banyak juga petani yang masih menggunakan kerbau atau sapi untuk membajak sawahnya. Dan ia juga mengatakan bahwa ia tidak melakukan pemilihan bibit secara khusus, karena dia menggunakan bibit philipina.
Pembibitan dilakukan selama 25-30 hari sebeum dipindahkan ke lahan yang lebih luas. Pada saat waktu menunjukkan pukul 11.00 kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ketempat persinggahan ke dua. Disepanjang jalan banyak terdapat pohon kelapa dan pohon mangga. Pada pukul 11.45 kami memasuki daerah Jeneponto, tak lama kemudian kami singgah disebuah mesjid untuk melaksanakan solat jum’at. Setelah selesai sekitar pukul 12.30 kami pun melanjutkan perjalanan.  Diperjalanan banyak terdapat yang sedang memakan rumput, disawahsawah yang sudah kering yang ditumbuhi dengan rumput. Kami pun tiba dipersinggahan kedua pukul 14.10 yaitu dilokasi mangrove. Mangrove merupakan tipe hutan tropikal tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai. Diindonesia ada empat zona mangrove yaitu Apicenica SP, Rizopora Sp, Grugeria Sp, dan Nipa. Dan untuk membedakan empat mangove tersebut yaitu dapat dilihat dari segi akar. Fungsi mangrove yaitu untuk menahan abrasi sebagai sumber ekonomi dan mengurangi sampah yang mengalir disungai.
Kami kembali melanjutkan perjalanan pada pukul 14.30 dan masuk didaerah Bantaeng pada pukul 14.45. di perjalanan kami melihat kebun jagung yang sangat luas dan kami tiba dipersinggahan yang ketiga yaitu nelayan pada pukul 15.20. disana kami melihat banyak perahu nelayan  yang   akan  berangkat   untuk   mencari  ikan  dilaut,  dan  kami  menemui  


seorang   nelayan  yang  bernama  pak Ambo,  ia  menekuni  pekerjaannya sebagai nelayan mulai dari kecil karena pekerjaan tersebut menurun dari orang tuanya.
Biasanya ia menangkap ikan dengan menggunakan jaring dan ia melmiliki sebuah perahu yang ia gunakan untuk menyebar jaring tersebut. Ikan yang biasanya diperoleh yaitu ikan putih dan lobster. Kadang-kadang ia juga bekerja sebagai petani rumput laut, untuk menambah penghasilannya. Kendala yang biasa diteumui oleh pak ambo dalam menangkap ikan yaitu dari faktor cuaca seperti ketika angin bertiup kencang yang menimbulkan ombak besar.  Penghasilan yang ia peroleh dar penghasilannya sebaga nelayan yaitu kurang lebih seratus ribu perhari. Harapan beliau untuk nelayan-nelayan diderahnya yaitu mendapat bantuan dari pemerintah berupa peralatan-peralatan nelayan sehingga dapat menabah penghasilannya.
Pada pukul 14.45 kami kembali melanjutkan perjalanan dan masuk ke bulukumba pada pukul 16.15. disanjang jalan banyak terdapat pohon rambutan dan langsat, tak lama kemudian kami tiba di tempat persinggahan ke empat yaitu dipohon karet pada pukul 17.35. disana kami berjumpa dengan seorang warga yag bernama pak anwar. Ia sempat menjelaskan tentang pohon karet kepada kami. Jarak tanama pohon karet yaitu 4 meter, namun sudah dikurangi karena ada perbanyakan lahan masa tanam sampai bisa memproduksi yaitu 5 tahun. Setelah berumur 5 tahun karet masih harus diperbaharui kembali. Cara pembibitan yaitu menggunakan pasir.  Luas  lahan  yang ada disana yaitu 5000 ha, pembeli
biasanya datang dari luar negeri dalam sehari, pohon karet ini dapat menghasilkan 100 kg getah. harga penjualan karet tersebut berkisar 25.000/kg dalam keadaan mentah.
Karena hari mulai gelap kami pun melanjutkan perjalanan pada pukul 17.55. tak lama kemudian kami sampai di tempat tujuan yaitu Kajang, Kabupaten Bulukumba dan disambut oleh kepala sdesa Tanah to pada pukul 19.55.


LAPORAN RESPONDEN
FIELD TRIP

Oleh
NAMA                  : ANDI ARMAL AL-HAKAM
NIM                      : G 211 10 111
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Di Tanah Toa Kajang ini saya mewawancarai seorang petani yang juga seorang pemuka adat di kawasan ini. Dia bernama pak Halim dia melakukan usaha taninya di desa Pattiroang di luar dari kawasan Tanah Toa. Itu di karenakan di desa Tanah Toa dilarang untuk menebang hutan untuk menjadikannya sawah. Tanaman yang di usahakan adalah tanaman Padi ,Jagung,dan  coklat. Luas lahan yang di milikinya adalah seluas 2 ha. Di sawah ini di tempatkan tanaman padi dan jagung di sekitar persawahan tersebut. Dan mereka menanam coklat di kebun mereka yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Dia melakukan pembibitan itu tanpa di pilih bibit sebelumnya. Pak Halim juga melakukan pemeliharaan tanaman dengan cara menjaga dari tikus-tikus dengan cara mencabuti tanaman yang sudah tua atau mati. Jika padi mengalami gangguan seperti padi memerah, dia melakukan ritual dengan mendoakan supaya padinya itu menjadi bagus kembali, dan katanya ini akan sangat membantu. Setelah panen dia tidak langsung menjual hasil taninya tetapi iya simpan sendiri untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk keperluan adat.benih yang di pakai adalah benih dari hasil panen itu sendiri. Petani ini juga mendapat irigasi dari sungai dekat persawahannya.
Dia tinggal di rumah yang sederhana atap yang di gunakan oleh pak halim adalah dari daun-daunan dan dindingnya terbuat dari papan kayu. Luas rumahnya pak halim adalah 10 x 12.

Kemudian penyuluhan pertanian lapangan (PPL) dari dinas pertanian sering datang  berkunjung kedesa tanah toa . tim PPL dating mengajar cara menanam, memupuk, menyemai, sampai cara memanen. PPL dating berkunjung 2 kali setahun menurutnya, tim PPL sudah sangat baik dalam memberikan ilmu pengetahuan pertanian.
Pak Halim tidak menggunaka jasa KUD dala modal usahataninya. KUD didesa tanah toa belum ada. Pak halim sangat mengharapkan agar KUD dibangun didesa tanah toa. Dan melakukan penyuluhan KUD terhadap penduduk desa Tanah toa. Bila KUD telah dibangun didesa ini pak Halim tidak usah pergi dibuukumba untuk membeli pupuk.
Pak halim menjual hasil panennya dipedagang kecil dipasar tenate. Pak halim menjual hasil panennya dijual dalam bentuk biji dan dalam satuan liter. Pak halim menjual jagungnya dengan harga Rp. 15.000,- 30.000,- per karung. Hasil panennya ini tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Pak Halim menggunakan peralatan yang tradisional dalam bertani kadang iya hanya memakai cangkul saja karena area lahannya kebanyakan batu jadi lebih efisien menggunakan cangkul. Pak Halim membeli cangkulnya dengan harga Rp. 300.000.
Upacara-upacara yang berkaitan dengan masaalah pertanian sudah tidak di terapkan lagi .hanya saja dalam masaalah menanam pak Halim masih melihat hari yang baik. Menurutnya apabila bintang di arah barat sudah terlihat maka hari mulai menamam. Masiarakan di dusun ini. Juga meyakini larangan untuk menebang pohon sembarangan karena yang melakukannya akan mendapat kesialan. Gotong royong di daerah ini masih sangat kental itu terlihat dari mereka membuat jalanan dengan bergotong royong.


LAPORAN RESPONDEN
FIELD TRIP

Oleh
NAMA                 : NURFIQAYUMI ARNIS
NIM                      : G 211 10 256
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Nama                                     : Ummang
Umur                                      : 23 th
Pendidikan                           : SD
Agama                                   : Islam
Pekerjaan pokok                  : Petani
Pekerjaan Sampingan       : berternak dengan kuda 1, sapi 2, dan kerbau
Salah satu responden yang saya temukan ini yang bernama ummang memiliki anak 2. Yang pertama bernama ewing dan berumur 5 tahun dan yang kedua bernama baim yang berumur 4 bulan.
            Karena responden saya ini adalah seorang petani, jadi ia bertani mulai dari umur 10 th. Adapun luas lahan yang ia garap ada empat tempat, ada yang seluas 1 ha, ½ ha. Dan jenis tanaman yang dia tanam yaitu jagung, padi, cengkeh, dan kacang panjang. Akan tetapi yang lebih dominan pak ummang tanam ialah padi dan jagung. Dan adapun tanaman selingan yang biasa ditanam yaitu langsat dan durian. Akan tetapi tanaman ini ditanam di pinggir kolam/lahannya. Dan hasilnya pun dari durian dan langsat ini tidak dijual tetapi untuk dikonsumsi.
Untuk jagung waktu yang ia pakai untuk menanamnya  sekitar bulan 11 (n0vember) da panennya pada bulan 1 (januari). Kemudian pada bulan 2 pak ummang pun menanam jagung lagi. Dan panen pada bulan 5. Begitupun seterusnya. Jagung yang dia tanam itu terkadang untuk dikonsumsi kemudian yang selebihnya dijual. Adapun metode penjualannya djual sedikit jikalau ada keperluan dan sebagiannya disimpan.
Kemudian untuk padi dilakukan penanaman 2 kali dalam setahun. Pertama itu pak ummang mulai menanam padinya pada bulan 12 kemudian panen pada bulan 3. Kemudian menanam lagi pada bulan 4 hingga panen bulan 7. Beras yang dihasilkan oleh pak ummang ini kebanyakan dijual tetapi sebagian dari itu hanya untuk dikonsumsi karena hanya dari sini lah penghasilan pak ummang yan agak lebih. Terkadang benih yang ia gunakan ini diambil dari luar, dan tertama pada tanaman jagung kuningnya. Kemudian pupuk yang ia gunakan ialah pupuk urea. Dan adapun jarak tempat usahatani pak ummang dari rumahnya sekitar 2 kilo. Dan juga cara bercocok tanam yang pak ummang gunakan yaitu masih secara tradisional tetapi dalam beberapa waktu terakhir ini sudah menggunkan alat modern untuk membajak sawahnya yaitu traktor dan itupun dalam kurun waktu sementara saja, dan juga cara menanamnya masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan membibit terlebih dahulu dan kemudian dipindahkan kelahan yang sudah siap untuk ditanami bibit. Dan Alhamdulillah usahatani bapak ummang ini cukup untuk kehidupan mereka juga kebutuhan yang lebih dari primer sudah bisa teratasi.
Dan adapun PPL dan Dinas Pertanian sudah pernah dan telah dating ke daerah ini untuk melakukan penyuluhan, bahkan hampir tiap bulannya para penyuluh berdatangan ke daerah ini, dia mengajarkan bagaimana cara mengendalikan penyakit-penyakit yang menyerang tanaman dan tidak mengajarkan bagaimana bercocok tanam dengan baik dan tidak pernah disuruh akan hal itu. Jadi hal-hal yang petani ini dapatkan hanyalah bagaiman cara mengatasi penyakit-penyakit yang menyerang padi-padi mereka. Dan juga mengenai pengwilayahaan komoditi, agrokompleks yang disuluhkan oleh PPL atau Dinas Pertanian belum ada. Jadi saran yang pak ummang sarankan kepada para PPL atau Dinas Pertanian ialah Lebih memperhatikan para petani yang ada didaerah-daerah terpencil yang masih menggunakan cara tradisional dan memberikan mereka pelajaran-pelajaran ataupun pengetahuan tentang bagaimana cara bertani yang baik dan cepat sekrang ini, juga menghasilkan hasil yang baik dan banyak.
Sedangkan untuk koperasi unit desa, di Kajang ini belum ada Koperasi Unit Desa (KUD). Oleh karena itu kerjasama dan keuntungan yang didapatkan para petani belum ada yang berasal dari KUD setempat. Akan tetapi adapun harapan pak ummang agar di daerah ini ada yang namanya KUD karena sebagian besar moyoritas penduduk disini juga merupakan petani. Dan agar sebagian dari petani itu bias berhasil seperti petani=petani yang ada di kota sana.
Terkadang dalam bercocok tanam itu tidaklah selalu berhasil, pasti terdapat kendala-kendala yang didapatkan oleh para petani seperti:
·         Hama menyerang, yaitu dengan adanya tikus dan ulat yang muncul sehingga merusak padi-padi atau tanaman lainnya yang ditanam.
·         Pengendalian, pengendalian yang dimaksud disini yaitu dengan memberikan racun terhadap padi-padinya kemudian dibersihkan agar terhindar dari hama-hama di atas.
Akan tetapi dalam penanaman padi-padi itu dilakukan juga dengan cara gotong royong, yaitu dengan saling membantu dalam membantu menanam padi dari halaman 20-30 orang. Dan orang yang rela dan ikhlas membantu penanaman padi itu tidaklah digaji apalagi dikasi makanan, kecuali jika orang-orang yang dia memang khusus sewa untuk membantu dia dalam proses penanaman padi itu barulah digaji.
 Lalu hasil pemasaran bapak ummang itu Alhamdulillah pemasarannya lancar, tetapi terkadang juga harga lah yang menjadi beban karena dimana ketika harga dari beras itu turun atau lebih murah ototmatis permintaan lebih besar dari penawaran, dan itu yang akan membuat petani gagal dan rugi biasanya.dan adapun harga penjualan komoditi pak ummang cukup memadai karena masih bias mkan yang lebih di tiap harinya, tetapi tak lepas dari itu pak ummang juga berharap agar bias mendapt penghasilan yang lebih lagi. Sesuai dengan mata rantai pemasaran setiap komoditi dari produsen hingga ke tangan konsumen itu melalui pak ummang sendiri yang biasanya langsung menjualnya kepasar-pasar terdekat di Kajang tetapi terkadang juga para tetangga atau kerabat lainnya lngsung dating kepetani itu karena juga selain harganya agak murah dibandingkan ke pasar ongkos jalan dan capek ke pasar itu bias disimpan.
Karena masalahnya yang paling sering terjadi itu ialah rendahnya harga jadi sangat sering juga lah penghasilan pak ummang ini belum terlalu mencukupi dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, pak ummang selain bertani dia juga memenuhi penghasilannya dari luar seperti pekerjaan sampingannya dia, dan dari itulah yang bisa membuat kehidupan pak ummang bertahan dan ada untuk dimakan setiap harinya.
Kemudian untuk tanaman tahunan seperti cengkeh dan coklat yang dihasilkan oleh pak ummang belum terlalu banyak dan memadai. Akan tetapi diantara kedua tanaman tahunan itu cengkeh lah yang paling dominan harganya yang ia hasilkan, dan coklat itu yang masih sedikit hasilnya.


LAPORAN RESPONDEN
FIELD TRIP

Oleh
NAMA                 : ANDI YUNITA ANSHARI
NIM                      : G 211 10 257
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Pada hari minggu tanggal 28 November 2010, pencarian responden dimulai ketika itu saya dan teman-teman berkeliling dusun untuk mencari responden yang nantinya akan wawancarai. Responden saya yaitu Pak Bonto yang berusaha 48 tahun yang pendidikan terakhirnya yaitu tingkat sekolah dasar dan juga merupakan seorang petani desa tanah toa. Selain bertani Pak Bonto tidak mempunyai pekerjaan sampingan lainnya. Pak Bonto sendiri mempunyai tanggungan hidup sebanyak 6 orang Pak Bonto juga termasuk pemeluk  Agama Islam.
Pak Bonto merupakan salah satu petani yang menanam  tanaman padi. Selain itu, Pak Bonto juga menanam coklat, jagung, dan cengkeh. Adapun cara yang dilakukan dalam proses pengolahan lahan, terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-rumput liar, kemudian tanahnya digemurkan dengan cara membajak. Setelah dibajak kemudian dilakukan lah proses penanaman, selanjutnya dipupuk selama 1 bulan, disemai, dan dilakukan pemberantasan hama.
Sembilan bulan kemudian padi siap dipanen.bibit yang dilakukan Pak Bonto adalah bibit lokal. Untuk lahan seluas setengah hektar, Pak Bonto membutuhkan bibit sebanyak kurang lebih 5 kg atau sekitar satu bungkus. Pengalaman Pak Bonto dalam berusaha tani telah menginjak  usia 30 tahun dan statusnya  adalah petani pemilik dengan luas lahan setengan  hektar.  Hasil  yang diperoleh Pak Bonto yaitu sebanyak kurang
lebih satu ton beras. Sistem perairnnya merupakan sistem irigasi. Kendala yang dihadapi Pak Bonto selama ini yaitu hama ulat yang terdapat pda daun dan bulir padi. Selain itu banyaknya tikus yang menjadi kendalanya.
Penyuluhan pertanian lapangan dari dinas pertanian pernah datang ke desa Tana Toa tetepi dia tidak pengarahan tentang usaha pertanian yang sesungguh-sungguhnya. Pak Bonto mengharapkan PPL agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih.
Di desa Tana Toa ini, belum terdapat KUD yang dapat memberi pinjaman modal kepada petani. Pembelian pupuk dan pembelian bibit secara gratis. Dulu memang pernah ada tapi tidak difungsionalkan. Pak Bonto memasarkan hasil panennya dalam bentuk gabah. Harga gabah itu per liternya sebesar Rp 3.400,-. Pak Bonto menjual gabahnya di pasar Tanete. Pak Bonto mengharapkan agar harga yang dipatok distributor sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah dan pemerintah juga harus mengontrol harga di pasaran.
Dalam mengelola lahannya pak Bonto menggunakan peralatan yang sederhana yaitu cangkul dan membajak lahannya dengan sapi. Pak Bonto belum menggunakan traktor karena belum mampu membelinya.


Di desa Tana Toa tidak terdapat lagi upacara-upacara yang berhubungan dengan masalah pertanian tetapi masih ada pantangan yang masih diyakini seprti menebang pohon sembarangan. Biasanya orang yang melakukan itu akan mengalami sakit atau meninggal dunia. Rumah pak bonto sangat sederhana degan bentuk rumah panggung.
Selain bertani Pak Bonto juga mengusaha ternak. Ternak yang diusahakan yaitu kuda. Pak Bonto mendapatkan dari warisan kedua orang tuanya. Makanan yang diberikan Pak Bonto hanya rumput dan kuda ini tidak dipasarkan akan tetapi apabila harga cocok maka kuda pak bonto pun akan dijual tetapi biasanya dijual setelah panen jagung atau hasil perkebunan lainnya karena digunakan untuk mengangkut hasil panen padinya ke pasar.


LAPORAN RESPONDEN
FIELD TRIP

Oleh
NAMA                 : FITRY PURNAMASARI
NIM                      : G 211 10 258
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Pada hari sabtu tanggal 27 November 2010, pencarian responden dimulai. Saya dan teman-teman berkeliling berkeliling dusun Tana toa untuk mencari responden yang akan kami wawancarai tentang beberapa hal, seperti identitas responden, usahatani (komoditi yang ditanam petani), pemasaran dan tataniaga hasil pertanian, sumber daya peralatan, soail budaya, serta gaya hidup mereka.
Setelah lama berkeliling, akhirnya saya memasuki rumah pak Baharuddin, ia saat ini sudah berumur 45 tahun, dia tidak pernah tersentuh oleh bangku sekolah. Ia mulai menjadi seorang petani setelah ia menikah, karena adat mereka bahwa orang yang sudah menikah harus mempunyai pekerjaan untuk penghidupan istrinya yaitu Salasi yang sekarang berumur 45 tahun dan juga anak-anaknya. Beliau mempunyai dua orang anak perempuan yaitu Ida yang berumur 25 tahun yang pendidikannya hanya samapi SD dan Rada Intan yang berumur 20 tahun dan telah menyelesaikan sekolah sampai SMA.
Mayoritas masyarakat Kajang ini menganut agama islam dan sebagian besar penduduknya bekerja menjadi seorang petani. Adapun komoditi yang yang ditanam oleh pak Baharuddin adalah padi, cengkeh, dan pisang. Hal ini manjadi sumber mata pencaharian untuk mrmbantu kehidupan keluarganya. Sawah yang ia olah pak Baharuddin berjarak 100 m dari tempat tinggalnya. Tanah yang mereka gunakan dalam pertanian tidak dimiliki sepenuhnya oleh petani karena tiadak ada seorang pun yang berhak atas suatu tanah (tanah bergilir).
Menurut pak Baharuddin, mekanisme penanaman padi itu sendiri diawali dengan pemilihan benih yang akan di gunakan. Pemilihan beniih itu dilakukan pada saat panen yaitu padi yang tinggi untuk kemudian ditanam kembali.
Setelah itu mereka melakukan persemaian dilahan yang telah bajak menggunakan kerbau dan cangkul pada tanah yang keras dan tidak terkena bajak atau terletak dipinggir sawah. Umumnya masyarakat mereka menggunakan sistem penanaman tapin sehingga membutuhkan persemaian. Setalah 15-20 hari, benih yang telah menjadi bibit itu siap untuk di tanam pada lahan yang telah di bajak menggunakan kerbau dengan jarak 1 jengkal. Namun, apabila masyarakat akan menanam padi setelah ada pemberitahuan dari adat yang memgang dibidang pertanian yaitu Galla Pantama.
Kebiasaan masyarakat di Tana Toa, apabila tanaman tersebut sudah berumur 20 hari, maka dilihat apakah tanaman tersebut perku dipupuk atau tidak. Jika tanaman tersebut dipupuk 1 kali saja maka padi itu tidak boleh lagi di pupuk 3 kali.
Pak Baharuddin mengatakan bawha untuk padi yang terserang hama dan ulat itu dibiarkan saja karena tidak bisa dicegah kecuali dengan cara menghilangkan genangan airnya. Umumnya masyarakat Tana Toa hanya  memanfaatkan  hujan untuk irigasinya karena di sana hutan sangat
terpelihara sehingga jarang mereka kekurangan air untuk mengairi sawahnya. Namun, jika tidak turun hujan, mereka melapor ke ketua adat Ammatoa sehingga di adakan suatu ritual-ritual untuk meminta hujan. 
Pada musim hujan, padi tebanan/pendek dapat dipanen setelah padi itu berumur 3 bulanan. Sedangkan pada musim kemarau, padi tinggi dipanen seteah berumur 4 bulanan. Hasil yang biasa didapat oleh pak Baharuddin untuk padi yang normal yang jika ditanam sekitar 20 liter benih, maka hasil yang didapat sekitar 4-5 karung.
Padi yang telah menjadi beras dipasarkan dengan harga Rp.3000/liter untuk beras biasa dan Rp.9000/liter untuk padi hitam. Harga tersebut menurut pak baharuddin sudah memadai karena sudah cukup untuk menghidupi kelurganya dan perbaikan alat sampai panen yang berikutnya.  Biasanya 40 hari setelah panen, sawah dapat ditanami kembali.
Ada 5 adat yang ada di kajang yaitu
·         Galla Pantama menangani masalah di bidang  di bidang Pertanian
·         Galla Kajang menangani masalah di bidang penerangan
·         Galla Lombok berperan seperti seorang mneteri luar  negeri
·         Galla Puto menangani masalah pengadilan
·         Galla Mallele di bidang perikanan


Pak Baharuddin mengatakan bahwa hutan di Tana Toa sangat dijaga oleh masyarakat karena merupakan sumber penghidupan bagi mereka. Apabila ada yang menebang 1 pohon maka akan berkurang sebanyak 20 liter air. Jika ada orang yang akan menebang hutan maka harus diganti dengan menanam yang baru terlebih dahulu.




LAPORAN RESPONDEN
FIELD TRIP

Oleh
NAMA                 : MUH. YAMIN USMAN
NIM                      : G 211 10 275
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
Labo’ adalah seorang petani yang berusia 60 tahun. ia tidak pernah merasakan yang namanya pendidikan secara formal, jadi ia tidak pernah bersekolah. Jumlah anaknya lima orang namun yang menjadi tanggungan keluarganya hanya satu orang karena empat lainna sedang berada di luar daerah. Yang menjadi tanggungan keluarga Bapak Labo’ adalah anak kandungnya yang bernama Yusni. Yusni berumur 15 tahun, dan pendidikan terakhirnya adalah SMP, sejak sepeninggal almarhum ibunya ia pun berhenti bersekolah.
Pak Labo’ memiliki lahan sendiri, namun jarak antara rumah ia dengan sawahnya cukup jauh karena berada di luar desa, yaitu Desa Pattiroang. Luas lahan yang dimiliki pak Labo’ yakni ½ Ha. Adapun jenis komoditi yang menjad usaha taninya yakni padi, ubi dan jagung. Sistem tanam yang digunakan dalam penanaman padi ialah sistem tapin, dimana pada awalnya benih dan bibit disemaikan lalu di pindahkan. Jenis padi yang digunakan ialah jenis padi pulu’ hitam dan padi pulu’ putih. Setiap kali panen ia mampu menghasilkan kurang lebih 1 ton padi atau gabah. Hasil yang ia peroleh tersebut biasanya ia jual dan ia konsumsi sendiri. Pak Labo’ menjual hasilnya tersebut untuk dijadikan modal dan berusahatani maupun digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Jenis tanah yang dimiliki oleh pak Labo’ adalah tanah yang tidak keras dan tanahnya masih gembur. Tanah tersebut sangat mudah untuk dicangkul bahkan untuk digarap sangatlah mudah. Dalam memelihara tanamannya dan berusaha tani biasanya pak Labo’ menggunakan pupuk organik. Hal ini ia lakukan  karena  dengan menggunakan pupuk, membuat tanaman dapat tumbuh
dengan subur. Jeni pupuk yang ia pakai dalam berusahatani yakni berupa pupuk organik dengan jenis pupuk ZA, urea dan pupuk hitam. Ia memupuk tanamannya dengan perbandingan 3 kg ZA, 1 kg urea dan pupuk hitam 1 kg.
Disamping menggunakan pupuk, pak Labo’ juga menggunakan pestisida. Ia mengunakannya untuk membasmi hama dan rumput. Jenis pestisida yang ia gunakan yakni herbisida, ia gunakan sebanyak 1 kg dan dengan menggunakan alat penyemprot. Adapun peralatan yang ia gunakan adalah cangkul dan alat penyemprot. Ia juga menggunakan traktor dan sapi atau kerbau untuk mebajak sawahnya tersebut.
 Dalam ketersediaan sarana penunjang produksi hasil tani, seperti K.U.D belum tersedia ataupun dalam bentuk penyuluhan dan pembagian bantuan subsidi dari pemerintah daerah maupun pusat juga tidak merata. Menurut responden yang saya observasi, ia tidak pernah mendapatkan penyuluhan dan subsidi dari pemerintah daerah maupun pusat. Adapun hasil panen dari tanaman padi pak Labo’  langsung dijual kepada pedagang pengumpul. Ia menjualnya dengan harga Rp 2.400,- perkilogramnya.
Dengan melihat keadaan bertani dari pak Labo’, maka dapat disimpulkan bahwa dalam berusahatani ia menggunakan input luar yang tinggi demi untuk keberhasilan usahataninya. Selain itu adanya pengaruh budaya mereka dalam berusahatani, misalnya saja untuk memulai bertaninya atau untuk memulai menanam, pak Runreng memperhatikan bulan. Dengan adanya hal tersebut pak Runreng masih mempertahankan adat kebiasaan masyarakat yang ada di daerahnya tersebut yang berdampak pada hasil produksi yang di inginkan.


LAPORAN RESPONDEN
FIELD TRIP

Oleh
NAMA                 : ANDI PASEROI
NIM                      : G 211 10 278
KELOMPOK      : XIII (Tiga Belas)
ASISTEN            : DWI ASTUTI YUNIAR FIRMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
                Laporan responden bernama Pak Jupri  yang bertempat tinggal di Dusun Balagana, Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Pak Jupri berumur 50 tahun dan beragama Islam. Pak Jupri mengenyam pendidikan hanya sampai  SD, karena ingin membantu pekerjaan orang tuanya sebagai petani. Sampai sekarang Pak Jupri bekerja sebagai petani. Pak Jupri memiliki seorang istri yang bernama Ibu Besse. Ibu Besse berusia 46 tahun dan memiliki 9 orang anak.
            Pak Jupri memiliki usaha budidaya jagung dan padi. Namun Pak Jupri menggarap sawah yang berjarak 2 km dari tempat tinggalnya. Pak Jupri biasanya berjalan kaki menuju sawahnya. Pak Jupri menanam benih padi dengan menerapkan sistem tabela (tanam benih langsung), tanpa perlu disemai terlebih dahulu.  Penanaman tersebut biasanya ia kerjakan dengan menggunakan cangkul yang dibeli dari pasar di Bulukumba seharga Rp 60.000,-  dan sapi digunakan untuk menggarap lahan. Alat-alat tersebut digunakan turun temurun dari keluarga. Penanaman benih tersebut dikerjakan sendiri-sendiri tanpa berkelompok. Akan tetapi, masih ada yang namanya gotong royong dalam bentuk keluarga. Dalam membudidayakan tanaman padi, Pak Jupri menggunakan beberapa jenis pupuk, yaitu pupuk urea, KCL, dan TSP, tapi tidak menggunakan pestisida. Pupuk-pupuk tersebut diperoleh dari Bulukumba dengan harga Rp 65.000,- sampai dengan Rp 100.000,-  dan biasanya ada bantuan dari pemerintah.
            Pemeliharaan tanaman padi mencapai 3 bulan, jadi Pak Jupri memanen tiap 3 bulan sekali. Tapi dalam pemeliharaannya, terdapat kendala yang sering dihadapi Pak Jupri yaitu masalah hama tanaman, namun Pak Jupri tidak pernah mengalami gagal panen. Bahkan hasil panen mencapai 70 karung setiap kali panen. Penghasilannya mencapai Rp 15.000.000,- setiap kali panen.
Akan tetapi, dalam menanam benih ada pantangan-pantangannya, yaitu wanita yang haid tidak boleh pergi menanam karena nanti tanamannya  bisa terserang penyakit. Dan apabila ada yang menanam benih, baik padi maupun jagung, rumah orang tersebut tidak boleh menerima tamu dari mana pun. Adapun juga budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang menanam benih masih melihat bulan dan bintang. Dari informasi yang saya peroleh dengan melihat bintang dalam menanam benih, berarti hujan akan turun dan menghasilkan padi yang banyak, sama halnya dengan melihat bulan purnama mereka percaya dengan melihat bulan purnama saat menanam bibit maka hasil panennya akan banyak.
















1.       PERSAWAHAN, KABUPATEN TAKALAR
Gambar 1.1. Proses penyemaian

Gambar 1.2. Pengolahan Lahan
Gambar1.3. Areal persawahan

Gambar1. 4. Saat Praktikan Mengamati Areal Persawahan
Gambar1. 5. Praktikan terlibat Langsung dalam Proses Penanaman Padi


Gambar 6. Observasi Responden


2.    EKOSISTEM PESISIR, KABUPATEN JENEPONTO
Gambar 2.1  Pohon Bakau
Gambar 2.2 Akar evicence sp

3.    Komunitas Nelayan
Gambar 3.1. Nelayan ke laut untuk menangkap ikan

Gambar 3.2. Foto bersama responden


4.    Perkebunan karet Kab. Bulukumba
Gambar 4.1. Alat tamping getah pohon karet

Gambar 4.2. Observasi responden

5.    Foto Responden











1 komentar: